Sementara itu, penyebab kebakaran pada salah satu pabrik busa di Arjawinangun belum bisa dipastikan. Tapi, satu hal yang jadi sorotan adalah telatnya laporan pihak pabrik kepada Petugas Pemadam Kebakaran Pos Jaga Arjawinangun.
Hal itu diungkapkan Danpos Pos Jaga Arjawinangun, Cuhandi. Katanya, awal informasi diketahuinya ada api terjadi pada waktu magrib. Namun, kata Cuhandi, saksi di lokasi kejadian tidak langsung menelepon petugas. Sehingga, api yang awalnya kecil jadi besar. Baru pada waktu iysa, saksi menelepon petugas pemadaman kebakaran.
“Awal informasi, ada api itu pas magrib. Tapi kita menerima telepon sudah isa. Begitu anggota kami ke lokasi dan hendak masuk memadamkan api, api sudah besar dan menyambar drum-drum berisi solar. Jadi kita mundur dan minta bantuan,” kata Cuhandi kepada Radar, kemarin.
Baca Juga:Bahan Pangan Jelang Ramadhan, Pedagang Cirebon: Harga Pasti NaikIB Fest 2.0 Ibnu Khaldun Dibuka Bupati Cirebon
Cuhandi mengatakan pihaknya harus mundur karena api semakin membesar dan terjadi ledakan. Ledakan-ledakan itu berasal dari drum-drum yang berisi bahan kimia cair. Ledakan bahkan terjadi hingga Selasa dini hari (27/2).
“Yang terbakar ini bahan kimia cair yang merupakan bahan untuk membuat busa Kasur. Juga ini bahan material yang mudah terbakar. Jadi kami kesulitan untuk pemadaman. Selain itu, saat anggota kami ke TKP, api sudah besar. Mereka (saksi di lokasi) terlambat memberitahu kami. Sehingga kami kesulitan,” terang M. Fery Afrudin, Kadis Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Cirebon.
Dikatakan Fery, meski hingga 19 jam api belum padam dan 90 persen bangunan terbakar, tercatat tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Pihaknya pun sudah melakukan upaya maksimal sampai meminta bantuan Damkar Kota Cirebon dan Damkar Majalengka.
Untuk penyebabnya, Fery mengaku belum mengetahui itu secara pasti. Begitu pula kerugiannya, masih belum diketahui, mengingat banyak pula kabel PLN yang putus akibat kebakaran tersebut. (*/cep)