RADARCIREBON.ID Kuningan – Sebanyak 240 santri yang dibagi menjadi 24 regu dari 28 pondok pesantren se-Kabupaten Kuningan, akan mengikuti Diklatsar Ressant (Resimen Santri ) Panah IX Gelombang Pertama Hamida, Wilayah Kunci Maju (Kuningan, Cirebon, Majalengka, dan Indramayu), selama 3 hari.
Kegiatan Diklatsar Ressant dengan tema “Dimana Ditanam Kami Siap Berjuang” ini dibuka langsung oleh Wakil Bupati HM Ridho Suganda SH MSi di Halaman Toserba Fajar Desa Ciniru, Kecamatan Jalaksana, Kuningan, Jumat (3/3).
Wakil Bupati HM Ridho Suganda SH MSi mengatakan, tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan organisasi yang baik, diperlukan sumber daya manusia yang unggul. Bahkan untuk membangun bangsa yang besar, diperlukan sumber daya manusia yang kompetitif.
Baca Juga:Dahsyat ! Kebakaran Rumah di Kuningan saat Pemilik Keluar Kota, Kerugiannya Rp 125 JutaWarga Cijagamulya Menerima Sertifikat PTSL, Bupati Kuningan: Sudah Diakui Secara Defacto dan Dejure oleh Pemerintah
Wabup menjelaskan bahwa ressant akan memiliki peran strategis dalam mengamankan setiap kegiatan yang diadakan oleh pondok pesantren. Dengan demikian kegiatan Diklatsar Resant tidak terkonsentrasi pada kekuatan jasmaniyah saja, namun perlu diisi dengan kegiatan penguatan ketahanan rohaniah pada para anggotanya.
“Santri harus mempunyai semangat juang yang tinggi apabila ditugaskan di mana saja. Selain itu juga berjiwa kuat menghadapi tantangan dan ancaman terutama keutuhan negara kita,” ujarnya.
Tujuan kegiatan diklatsar ini untuk mencetak kader ulama dan calon pemimpin yang taat dan tahan mental, sehingga diharapkan melalui pelatihan ini akan semakin tumbuh kecintaan terhadap Tanah Air dan jiwa kesetiakawanan antar sesama.
Wabup mengapresiasi atas diselenggarakannya diklatsar untuk para santri. Ia mendorong agar anggota ressant harus memiliki pondasi aqidah yang kuat, berkarya nyata dengan penuh maslahat dan menghalau setiap maksiat. Sehingga ada harapan besar dengan kegiatan diklatsar ressant ini dapat membentuk kekuatan yang utuh dalam mengawal amanah organisasi, yang mana outputnya para santri dapat menjadi kader-kader ulama hebat di masa depan.
“Membela negara tidak melulu tugas dari TNI ataupun Polri, tetapi juga seluruh komponen bangsa ini, termasuk masyarakat sipil. Saya berpesan kepada para peserta, agar pelatihan ini juga sebagai bentuk bela negara, yang bisa diaplikasikan dalam menyikapi bermacam-macam persoalan, baik yang sedang maupun yang akan terjadi,” pungkasnya.