Pasalnya, semangat Sumpah Pemuda (1928) dan nasionalisme yang berkembang di seluruh pelosok tanah air saat itu juga menjadi komitmen dibalik lahirnya Persib (1933).
Semangat nasionalisme ini bisa dilihat dari peristiwa fusi dua klub sepakbola itu nama yang disepakati ialah yang berbahasa Indonesia, tidak menggunakan bahasa Belanda seperti Bandoeng Indlanshe Voetbal Bond (BIVB).
Melihat Persib Bandung tidak berbicara banyak diawal musim dan setelah harus digeruduk para pendukungnya, akhirnya manajemen Persib Bandung melakukan pergerakan dengan mendatangkan pelatih sekaliber Luis Milla Aspas yang sebelumnya pernah melatih Timnas Indonesia.
Baca Juga:HARUS TAHU! Bacaan Niat Puasa Ramadhan SebulanNiat Puasa Sebulan Penuh di Bulan Ramadhan, Begini Kata Imam Madzhab!
Tak sia-sia, setelah Persib Bandung mendatangkan mantan nahkoda Timnas Indonesia itu progress baik mulai ditunjukkan Marck Klok dan kawan-kawan hingga tak terkalahkan selama 15 pertandingan.
Sayangnya, rekor tak terkalahkan itu putus setelah Persib Bandung dikalahkan PSM Makassar.
Praktis setelah itu, Persib Bandung mulai kesulitan membawa poin maksimal ke Kota Bandung dan belum sempat lagi menggeser PSM Makassar yang berada di atasnya sebagai pemuncak klasemen.
Meskipun begitu, Persib masih menyisakan 6 laga sisa yang mesti dimainkan, lebih banyak dari PSM Makassar yang hanya menyisakan 4 laga sisa.
Berdasarkan hitung-hitungan di atas kertas, Persib Bandung berpeluang menjadi juara dengan mengumpulkan poin maksimal di sisa laga yang ada. Dengan catatan, PSM tidak bisa mengunci raihan 5 poin dari laga sisa.
Meskipun, nantinya poin yang diraih sama, PSM tetap berada di puncak klasemen karena raihan Head to Head dengan Persib Bandung. (*)