Kemudian setelah Indonesia merdeka, bangunan ini digunakan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat Sampai tahun 1961, sempat juga digunakan sebagai Kntor Komando Militer Kota I dan kemudian digunakan lagi sebagai Kantor Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. kemudian
tahun 1970, Bekas bangunan balai kota Batavia ini ditetapkan sebagai bangunan Cagar Budaya.
Dan pada 30 Maret 1974,Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin merenovasi ulang gedung tersebut dan diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta.
Di dalam Museum Fatahillah pengunjung dapat menemukan objek sebagai berikut:
Baca Juga:BESAR BANGET! Tunjangan dan Gaji PPPK Guru 2022 yang Baru Lolos, Capai Belasan JutaWisata Populer Bukit Cinta Anti Galau Cirebon
- Perjalanan sejarah Jakarta.
- Replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran
- Hasil Penggalian arkeologi di Jakarta
- Mebel antic mulai dari abad 17 sampai 19.
- Keramik, gerabah, dan batu prasasti.
2 Museum Wayang
Museum Wayang dulunya merupakan sebuah gereja tua yang didirikan oelh VOC pada tahun 1640 dengan nama ‘de oude Hollandsche Kerk.
Kemudian gedung tersebut berfungsi sebagai tempat peribadatan penduduk sipil dan tentara Belanda yang tinggal di Batavia, Jakarta sampai tahun 1732.
Lalu pada tahun 1733, gereja tersebut berubah nama menjadi “de nieuwe Hollandsche Kerk, yang berdiri sampai tahun 1808.
Dua belas tahun setelah proklamasi kemerdekaan 1945, tepatnya pada tahun 1945, pemerintah menyerahkan gedung Museum Batavia Lama kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia, yang kemudian berubah menjadi Museum Jakarta pada 1 Agustus 1960.
Pada tahun 1968, Museum Jakarta kemudian diserahkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Lalu, Museum Jakarta berubah menjadi Museum Wayang yang diresmikan pada tanggal 13 Agustus 1975 oleh Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta.
Didalam Museum Wayang pengunjung dapat menemukan koleksi-koleksi sebagai berikut:
- Wayang Kulit
- Wayang Golek
- Wayang Beber
- Wayang Klitik
- Wayang Revolusi
- Wayang Suket/ mainan
- Lukisan
- Topeng
- Boneka
- Patung Kayu
- Gamelan
3 Museum Seni Rupa
Gedung Museum Seni Rupa dan keramik ini dibangun pada tahun 1870. Sebagai Lembaga Peradilan tertinggi Belanda (Read van Justitie), dan kemudian pada masa pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan Indonesia gedung ini dijadikan sebagai asrama militer. Selanjutnya pada tahun 1967 digunakan sebagai Kantor Walikota Jakarta.