CIREBON, RADARCIREBON.ID – Ngabuburit berasal dari Bahasa apa? Ternyata ngabuburit berasal dari Istilah Bahasa Sunda, ini dia Faktanya.
Memiliki keunikan tersendiri ketika menunggu waktu Maghrib di bulan Suci Ramadhan. Ketika melakukan puasa di bulan Suci Ramadhan, masyarakat memiliki rutinitas yang berbeda di sore hari, yaitu Ngabuburit.
Ngabuburit identik dengan tradisi yang ada selama bulan Suci Ramdhan, istilah ini sangat popular selama bulan Ramadhan terutama bagi masyarakat di Indonesia.
Baca Juga:4 Tempat Ngabuburit di Cirebon yang Ramai Pengunjung, Banyak Tempat Duduk juga Sport Foto KerenWisata Air Panas Cileungsing Sumedang, Tawarkan Kehangatan dan Terapi Pengobatan Alternatif
Apa itu tradisi ngabuburit dan bagaimana awal mula tradisi ini muncul di masyarakat, mari kita simak Bersama.
Istilah ini merujuk pada waktu berbuka puasa.
Ngabuburit bukanlah berasal dari Bahasa Indonesia, tidak ada kata tersebut di dalam kamus Bahasa Indonesia (KBBI). Ngabuburit ini ternyata diketahui berasal dari Bahasa Sunda.
Kemunculan Istilah Ngabuburit dan Asal-Usulnya
Masyarakat mungkin belum banyak mengetahui bahwa istilah ngabuburit ternyata berasal dari Bahasa Sunda.
Istilah ngabuburit berawal dari kata burit yang berarti sore atau petang. Kata dasar dari Bahasa sunda itu mendapatka awalan dari kata nga. Sehingga menjadi ngabuburit.
Berdasarkan kamus Bahasa Sunda yang diterbitkan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), kata ngabuburit berasal dari Bahasa ngalantung ngadagoan burit yang berarti bersantai sambil menunggu waktu sore.
Istilah ngabuburit ini sudah muncul sejak lama, terutama ketika kebudayaan Islam memasuki tanah Sunda.
Namun selama kemunculannnya, kegiatan ngabuburit ini kian berkembang dan beragam mengikuti perkembangan zaman.
Baca Juga:6 Ruangan Utama Museum Prabu Geusan Ulun, Wisata Sejarah Kerajaan Sumedang Jawa BaratTempat Ngopi Terhits! Kopi Gincu Sedong Lor Cirebon, Sensasi Ngopi Ngemil di Perkebunan Mangga
Namun umumnya ngabuburit pada saat ini dilakukan dengan kegiatan yang beragam, seperti mengikuti pesantren kilat, membaca Al-Qur’an, melakukan kegiatan sosial, mendengarkan ceramah.