Tak jarang dari para jama’ah utamanya yang dari kalangan lansia juga tidak kurang rasa semangat ibadahnya ketika di Masjidil Haram. Namun, apabila setiap hari beribadah harus langsung di hadapan Ka’bah rasanya bagi para jama’ah lansia cukup merepotkan untuk mondar-mandir dari tempat penginapan ke Masjidil Haram.
Lalu, apakah dengan keterbatasan itu para lansia ini tetap mendapatkan ganjaran yang sama dengan sholat di Masjidil Haram, sekalipun mereka ini hanya sholat dan beribadah lainnya di tempatnya menginap? Wallahu ‘alam.
Jika kita merujuk pada Imam Jalaludin as-Suyuti bahwa yang dimaksud Masjidil Haram dalam konteks tersebut ialah seluruh Tanah Haramain. Menurutnya, pelipatgandaan pahala bagi orang yang sholat atau beribadah di Masjidil Haram tidak secara khusus hanya di Masjid Haram saja melainkan mencakup seluruh Tanah Haramain.
أَنَّ التَّضْعِيفَ فِي حَرَمِ مَكَّةَ لَا يُخْتَصُّ بِالْمَسْجِدِ بَلْ يَعُمُّ جَمِيعَ الْحَرَمِ
Baca Juga:Jadwal Puasa Ramadhan Buka Puasa dan Imsakiyah 1 Bulan Untuk Kota Cirebon dan SekitarnyaBacaan Niat Mandi Sebelum Puasa Ramadhan dan Tata Caranya
Artinya: Sesungguhnya pelipatgandaan pahala di Tanah Haram Makkah tidak khusus di Masjidil Haram tetapi meliputi seluruh Tanah Haram. (Jalaluddin as-Suyuthi, al-Asybah wa an-Nazha`ir, Bairut-al-Kutub al-‘Ilmiyyah)
Jika penjelesannya demikian, maka di manapun sholat jama’ah selagi masih di Tanah Haramain termasuk di hotel terdekat dari Masjidil Haram pahalanya tetap dikatakan sama dengan sholat langsung di Masjidil Haram.
Demikian itu penjelasan mengenai sholat di luar Masjidil Haram yang ganjarannya sama dengan sholat di Masjidil Haram secara langsung.
(*)