Keberadaan warga keturunan Arab di kawasan ini tidak terlepas dari sejarah Cirebon pada masa Sunan Gunung Jati. Sebagai daerah yang cukup strategis, Cirebon memiliki pelabuhan besar yang menjadi persinggahan saudagar dari berbagai bangsa.
Selain etnis Jawa dan Sunda terdapat pula etnis Tionghoa dan Arab yang turut berperan besar dalam peradaban di Kota Cirebon.
Masjid Merah Panjunan menjadi salah satu saksi bisu kawasan Kampung Arab. Uniknya, akulturasi masjid tersebut merupakan gabungan dari unsur budaya Arab, Tionghoa, dan Hindu-Buddha.
Baca Juga:Duta Baca Kabupaten Cirebon Merangkak Capai Tujuan, Bersiap Seleksi Tingkat JabarGuru Besar IAIN Cirebon: KY Harus Periksa Hakim PN Jakpus
Nama Panjunan sendiri diambil dari kata Anjun yang berarti kerajinan. Karena di kawasan tersebut menjadi tempat pembuatan kerajinan dari tanah liat.
Di mana, dahulu Pangeran Panjunan yang pertama kali memperkenalkan masyarakat sekitar pada tanah liat untuk dijadikan sebuah kerajinan seperti gerabah.
Masyarakat Arab di sana kini telah membaur bersama warga lainnya, seperti masyarakat Sunda, Jawa, dan Tionghoa.
Namun masyarakat Cirebon tetap menamai kawasan tersebut dengan sebutan Kampung Arab. Bersanding dengan kawasan di dekatnya yang sering disebut Kampung Pecinan.
Itulah tentang Masjid Merah Panjunan, salah satu masjid bersejarah di Kota Cirebon. (*)