RADARCIREBON.ID -Di Pantai Utara Cirebon Jawa Barat terdapat banyak pesantren tua. Salah satunya adalah Pondok Buntet Pesantren. Di dalamnya terdapat pula bangunan masjid tua.
Masjid merupakan tempat sentral dari pengajaran Islam di Indonesia. Tidak terkecuali pesantren yang memasukan masjid sebagai unsur pokok berdirinya pesantren. Salah satunya adalah Pondok Buntet Pesantren yang memiliki masjid bernama Masjid Agung Buntet Pesantren yang dibangun sekitar tahun 1833 M.
Menurut Sesepuh Pondok Buntet Pesantren KH Hasanuddin Kriyani, pesantren ini dibangun bersamaan dengan dibangunnya Benda Kerep dan Gedongan yang dibangun tahun 1833 M. Masjid Buntet Pesantren mengikuti gaya dari Masjid Agung Demak.
Baca Juga:Perusahaan Wajib Bayar THR H-7, Disnakertrans Kuningan Bentuk Tim KhususBerhasil Digagalkan, Bungkusan Dilempar ke Lapas Kuningan, Isinya Ini
Mulanya, masjid ini hanya sebatas padepokan dari Pangeran Cakrabuana, tepatnya sebelum menjadi Pesantren Buntet. Beberapa sesepuh juga pernah berdiam di daerah ini. Salah satunya adalah Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang diajak iktikaf oleh Pangeran Cakrabuana di tempat ini.
Hal tersebut diketahui menurut cerita Sesepuh Buntet Pesantren almarhum KH Abdul Hamid Anas, ketika Sunan Gunung Jati datang dari Mesir untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia. Beliau diarahkan oleh Pangeran Cakrabuana untuk tinggal di padepokan yang sekarang menjadi masjid di Buntet.
Hingga pada tahun 1883 M ada seorang dermawan yang ingin membangunkan masjid di tiga pesantren yaitu Benda Kerep, Gedongan, dan juga Buntet. Dan pada akhirnya berdiri masjid yang pada mulanya didirikan oleh Mbah Muqoyyim.
Dahulu, bentuk dari masjid ini adalah bangunan panggung. Sebabnya untuk menghindari banjir yang datang dari sungai dekat masjid. Namun, sekarang masjid ini sudah direnovasi.
Bangunan Utama Menampung 100 Jamaah: 99 Makmum dan 1 Imam
Sementara itu, menurut KH Ade Mohammad Nasihulumam, imam Masjid Agung Buntet Pesantren, hal yang masih dipertahankan salah satunya adalah bangunan utama yang hanya menampung 100 jamaah dengan imam. Sehingga terdapat mimbar yang tidak boleh dipindah. Untuk itu, terdapat 99 jamaah dengan 1 imam yang melambangkan 99 asmaul husna ditambah Allah menjadi 100.