Maka dari situ kita mengetahui bahwasannya ‘itikaf tidaklah sah dilakukan kecuali apabila di dalam masjid.
Hikmah dan Tujuan Itikaf
Adapun hikmah dari ibadah ‘itikaf itu sendiri kalau kita renungkan ketika seseorang ber’itikaf maka berarti dia sedang menyendiri beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, memperbanyak ibadah dan mengisi hari-harinya lama dia beritikaf lebih disepuluh terakhir bulan Ramadan dia mengisi hari-harinya itu untuk beribadah, memperbanyak taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta dia menetap di masjid sehingga urusan-urusan perkara dunia dia tinggalkan.
Dia tidak keluar dari masjid kecuali untuk perkara atau urusan yang tidak mungkin dilakukan di masjid seperti buang hajat atau misalkan dia harus beli makan, beli minuman yang di mana tidak ada orang lain yang mengantarkan makanan minuman sehingga dia harus membelinya sendiri dan keluar masjid, sebatas itu saja lah yang diperbolehkan bagi orang yang ber’itikaf.
Baca Juga:Trik Memaster Mudah Agar Murai Gacor Isian MewahSsssttt RAHASIA, Cara Mengetahui Password Wifi Tetangga Yang Belum Terhubung Gini Caranya
Adapun selain dari itu dalam urusan dunia dia tinggalkan saat dia ber’itikaf.
Hikmah dari ‘itikaf itu sendiri adalah mensucikan hatinya dan lebih mendekatkan hatinya pada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menyibukkan dirinya beribadah selama sehari semalam di dalam masjid dengan berbagai bentuk ibadah serta memutus kesibukan-kesibukan dengan makhluk.
Sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ibnu Qayyim rahimahullah ta’ala, beliau mengatakan,
وشرع لهم الاعتكاف
_”Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkan bagi para hamba-Nya ibadah ‘itikaf_
الذي مقصوده وروحه عكوف القلب على الله تعالى وجمعيته عليه،
Tujuannya dari ‘itikaf itu sendiri adalah agar hati para hamba-Nya terpaut dan senantiasa mendekatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memfokuskan hatinya, memfokuskan pikirannya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala
والخلوة به عن الاشتغال بالخلق
Memutus kesibukan-kesibukan yang berhubungan dengan manusia dan makhluk_
والاشتغال به وحده -سبحانه-؛
Serta menyibukan dirinya, hari-harinya hanya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
(Zadul Ma’ad : 2/86-87, lihat pula Al-Inshaf Fi Hukmil I’tikaf : 7 oleh Imam Al-Laknuwi Al-Hindi).