Walaupun menjadi falsafah yang kuno dan lama namun falsafah tersebut tetap dijaga dan dihormati oleh masyarakat Jawa hingga saat ini.
Mereka percaya bahwa menghormati saja tidak cukup tetapi perlu adanya tingkah laku atau aksi untuk menjalankan falsafah tersebut.
Falsafah Jawa satu ini mengajarkan kita untuk ikhlas dengan segala sesuatu yang telat Tuhan berikan.
Baca Juga:Auto Glowing Mirip Artis Korea Hitungan Menit, Berikut 6 Manfaat Jeruk Nipis bagi Kesehatan Kulit Wajah, Bisa Dicampur Madu LohTendik Wajib Tahu, 2 Solusi PPPK Pembatalan Penempatan, Pilih Rangking atau Penempatan di Seluruh Wilayah Indonesia
Peribahasa tersebut juga dapat diartikan sebagai rasa cukup sehingga dapat menghadirkan rasa tenang dan nyaman di hati.
Peribahasa Jawa satu ini jika diartikan yaitu yang buruk akan terbuka pada waktunya mesikpun disimpan dan ditutup rapat-rapat.
Hal ini mengajarkan kita bahwa kita harus hati-hati dalam berucap ataupun berperilaku karena semua yang palsu akan terlihat pada waktunya.
Peribahasa Jawa ini berarti “Jangan Merasa Bisa, Tetapi Bisalah Merasa”.
Kalimat tersebut mengajak kita untuk senantiasa rendah hati dan mampu menempatkan diri dengan baik dalam lingkungan masyarakat.