RADARCIREBON.ID – Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2023 masih menyisakan banyak permasalahan di mata Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif Jawa Barat, Ifa Faizah Rohmah.
Salah satu masalah yang sering ditemui adalah pemalsuan Kartu Keluarga (KK) untuk memenuhi persyaratan PPDB, khususnya dalam sistem zonasi.
Menurut Ifa, polemik ini merupakan hasil dari adanya stigma sekolah favorit dan non-favorit yang masih ada di kalangan masyarakat.
Baca Juga:Remaja Asal Kalimanggi Wakili Jawa Barat di Mister Teen IndonesiaPeluang Menjanjikan, Ekspor Produk Perikanan Indonesia ke Mesir Meningkat 600%, Cocoa Butter Naik 3.084%
Ifa berpendapat bahwa animo terhadap sekolah favorit harus dihilangkan dan semua orang harus merasakan bahwa mereka mendapatkan pelayanan maksimal di sekolah negeri maupun swasta.
“Jika itu terwujud, maka tidak akan ada lagi pemisahan dan pembagian kelompok seperti ini,” ujar Ifa setelah menghadiri acara Konferwil Muslimat NU Jabar di Kota Bandung, akhir pekan lalu (15/7/2023), seperti dikutip jpnn.
Evaluasi PPDB, Fasilitas Pendidikan Harus Sama!
Lebih lanjut, Ifa juga mendorong adanya pemerataan bantuan dan fasilitas pendidikan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Menurutnya, jika hal ini dapat diwujudkan, tidak akan ada lagi praktik kecurangan dalam PPDB demi masuk ke sekolah favorit. Pasalnya, fasilitas pendidikan baik di sekolah negeri maupun swasta seharusnya sama.
“Ini adalah solusi dan upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah provinsi, dengan kepercayaan bahwa setiap sekolah memiliki kualitas yang sama,” tutur Ifa.
Ifa juga menyoroti kontribusi Nahdlatul Ulama (NU) dalam dunia pendidikan yang tidak diragukan lagi. Menurut Ifa, banyak tokoh NU yang telah mendirikan lembaga pendidikan di Jawa Barat.
“Ada banyak sekolah NU yang didirikan oleh para tokoh NU di luar lembaga pendidikan Ma’arif. Data kami menunjukkan bahwa di Jawa Barat, terdapat lebih dari 13 ribu sekolah yang berafiliasi dengan NU. Ini merupakan kebanggaan bagi kami bahwa masyarakat NU memberikan kontribusi besar dalam pelayanan pendidikan,” jelas Ifa.
Namun, Ifa juga menambahkan bahwa hal ini tentu menjadi tantangan bagi para tokoh Nahdlatul Ulama yang terlibat dalam dunia pendidikan. Salah satu tantangan tersebut adalah meningkatkan fasilitas dan kualitas pendidikan di lingkungan NU.