“Awalnya mah grup musik ini pakai tangan. Paling alat musik genteng yang dipukul-pukul. Tapi lambat laun kita akhirnya menggunakan perabotan rumah tangga dari tanah liat yang juga tercetus dari JaF. Seperti kendil, gambyung, pot bunga, dan lain-lain,” sambung Nia.
Apalagi bisa menginspirasi orang lain. Kini, Nia dan kelompoknya sering diundang tampil, bahkan sampai luar kota.
Sejauh ini Mother Bank pernah tampil di Yogyakarta, Jakarta, Magelang, dan terakhir di Bandung. Dan, dalam waktu dekat mereka akan perform lagi di Jakarta, tepatnya di bulan September.
Baca Juga:Sudahkah Anda Mengetahuinya? Ternyata Inilah 5 Kelebihan Bedak Padat untuk Perawatan Wajah Sehari-hariPanggilan Kedua untuk Istri Panji Gumilang, Terkait Apa?
“Ya senang, happy, bisa jalan-jalan terus. Yang tadinya kami pusing memikirkan Bank Emok, sekarang dikit demi sedikit hilang. Ngilangin beban juga kan,” tutur Nia kepada Radar Cirebon.
Selain Nia yang mengambil peran sebagai pemukul kendil, personel lainnya dari Mother Bank adalah Diah selaku vokalis, Suni sebagai vokalis, Yanti selaku vokalis, Aan untuk teranika dam terbangan.
Kemudian Miningsih sebagai pemukul gembyung, Uun pada tambur, Mini juga tambur, Erna sebagai pemukul pot bunga, Anah pada bagian kecrek, dan Mimin sebagai pemukul kendil.
Sementara Ismal Muntaha, sang penggagas Mother Bank mengatakan konsep ini hadir dari sebuah gambaran tentang ibu-ibu yang tak bisa ngapa-ngapain, lalu kini berdaya.
Karena itulah, pihaknya memilh kostum yang agak nyentrik, menggambarkan perubahan sekaligus bisa berdaya.
“Jadi tujuan dari pemakaian kostum (serba pink, kacamata, dan penutup kepala menjulang tinggi) itu agar lebih artistik dan terlihat lebih berdaya,” katanya.
“Jadi soal kostum menyesuaikan dengan konsep cerita dari video klipnya gitu. Karena dalam video kita bercerita bagaiman ibu-ibu yang awalnya terjerat oleh Bank Emok kemudian sekarang mandiri dan bisa punya bank sendiri,” katanya.