RADARCIREBON.ID – Pata Seca adalah seorang pria kulit hitam dari Brazil yang dipaksa menghamili (kurang lebih) 240 wanita saat menjadi budak.
Nama lengkapnya adalah Roque Jose Florencio, lahir di Sorocaba, Sao Paolo, Brazil pada tahun 1828.
Pata Seca adalah tokoh terkenal dalam sejarah sosial Brasil abad ke-19.
Baca Juga:Ini Dia 3 Cara Menggunakan Minyak Zaitun untuk Rambut 3 Makanan ini Merupakan Sumber Vitamin bagi Otak untuk Menjaga Fungsi Kognitif
Pata Seca lahir tanpa mengetahui siapa orang tuanya. Pata Seca adalah seorang pria dengan perawakan yang tinggi dan besar (210 cm dan 150 kg) dan sistem reproduksinya sangat bagus.
Seorang budak dan dipaksa untuk menyetubuhi lebih dari 240 wanita, Pata seca adalah ayah kandung dari 200 anak di Brazil. Pata Seca sendiri merupakan simbol anti-perbudakan.
Pata Seca dibeli oleh seorang bangsawan Brasil, pemiliknya bernama Joaquim Jose De Oliveira.
Pada awalnya, Pata Seca dipekerjakan di perkebunan Joaquim José De Oliveira, namun karena tubuhnya yang kuat, berotot, dan tinggi, Pata Seca diberi tugas lain, yaitu tidur dengan banyak wanita untuk melahirkan.
Pata Seca digunakan oleh pemiliknya (Joaquim Jose De Oliveira), sebagai mesin pengembangbiakan manusia.
Pata Seca ditugaskan untuk tidur dengan semua budak perempuan untuk melahirkan anak baru. Anak-anak ini kemudian akan diperbudak dan diharapkan memiliki postur tubuh yang sama dengan Pata Seca.
Pata Seca dipaksa tidur dan membuahi 5-10 budak perempuan dalam sehari dan melahirkan sekitar 200 anak.
Baca Juga:Inilah 3 Merk Bedak Padat Utama untuk Kulit Berminyak, Mengatasi 100% Minyak Berlebih di Wajah! Ini Dia 5 Cara Memakai Sunscreen dengan Benar
Karena produktivitas Pata Seca, ia menjadi terkenal di kalangan bangsawan dan budak pada masa itu.
Terkenal dengan badannya yang kekar dan tinggi, Pata Seca juga dilamar oleh para bangsawan untuk dinikahi.
Namun, anak-anak dari campuran Pata Seca dan latar belakang aristokrat dianggap tabu bagi kaum bangsawan.
Sejak itu, Pata Seca menolak berhubungan seks dengan keluarga kerajaan. Tapi itu tidak menghentikan para bangsawan untuk menyerah menerima “benih” dari Pata Seca.
Bahkan, tidak jarang para bangsawan rela membayar Pata Seca untuk berhubungan seks. Pata Seca yang dibutuhkan sebagai mesin kesuburan pada saat itu tidak dijadikan manusia merdeka karena ketika ia menjadi manusia merdeka banyak perempuan pada saat itu otomatis tidak bisa menikmatinya.