Pasca-COVID-19, kata Teppy, sektor jasa dan padat karya adalah sektor terbesar penyerap tenaga kerja di Jabar.
“Jadi jasa seperti hotel, restoran, kemudian padat karya seperti pabrik-pabrik besar yang mulai beroperasi pasca COVID-19 yang memang terdampak,” ujarnya.
Meski mengalami penurunan, terkait dengan pengangguran yang masih ada, Teppy mengatakan pihaknya melakukan berbagai langkah untuk menanggulanginya, pertama menyiapkan tenaga kerja agar bisa terserap pada lapangan kerja, baik dengan melalui balai latihan kerja (BLK) dari dinas, atau dengan menggandeng lembaga-lembaga persiapan kerja swasta.
Baca Juga:Rangkaian HSN dan PRC, PCNU Kabupaten Cirebon Adakan Diskusi Sufistik, Cholil Efek Rumah Kaca tak Sangka Lagunya Diapresiasi SantriPerkiraan Cuaca Selasa 7 November 2023, Wilayah Cirebon Full Berawan, Waspada Hujan Tiba-tiba
“Kita mulai dari tingkat SMK, karena dugaan kami adanya lapangan kerja tapi juga adanya pengangguran berarti belum link and match. Jadi kami penetrasinya langsung ke pendidikannya,” katanya lagi.
Selanjutnya, kata Teppy, pihaknya juga membuka ruang untuk penyaluran tenaga kerja ke luar negeri, di mana dikatakannya saat ini sudah ada permohonan dari Jepang, Korea, bahkan Jerman yang memang tengah membutuhkan tenaga kerja.
“Dan kami menghindari pengiriman pekerja domestik tidak lagi ke arah pekerja rumah tangga namun profesional, karena selain itu yang rentan juga saat ini tengah moratorium khususnya untuk daerah Timur Tengah. Jadi kami siapkan calon pekerja migrannya,” ujar dia lagi.
“Selain itu, kami juga memaksimalkan layanan Sijuara yang merupakan tempat bertemunya pencari kerja dengan penyedia kerja seperti job fair, atau bursa kerja,” katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jabar mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja Jawa Barat per Agustus 2023, adalah sebesar 7,44 persen dari penduduk angkatan kerja yaitu 25,39 juta orang.
“Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar tujuh orang penganggur,” kata Kepala BPS Jabar Marsudijono dalam keterangannya.
Pada Agustus 2023, TPT sebesar 7,44 persen mengalami penurunan sebesar 0,87 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2022 (8,31 persen).
Baca Juga:Daftar Caleg, Walikota Cirebon Mengundurkan Diri, Eti Herawati Ditunjuk Jadi Plt Hingga Akhir Masa JabatanWOW! Inilah Gaji Megawati Hangestri di Korea Selatan, Simak Juga Outfit Kekinian yang Dipakai Megatron
Pada Agustus 2023, TPT laki-laki sebesar 8,09 persen, lebih tinggi dibanding TPT perempuan yang sebesar 6,25 persen.
Jika dibandingkan Agustus 2022, TPT laki-laki maupun yang perempuan mengalami penurunan, masing-masing sebesar 0,46 persen poin dan 1,64 persen poin.
Apabila dilihat menurut daerah tempat tinggal, TPT di perkotaan (7,92 persen) jauh lebih tinggi dari TPT di daerah perdesaan (5,65 persen).