Cholil mengaku, lagu itu terinspirasi dari segala pengalaman yang ia peroleh pada masa anak-anak.
Ide penciptaan karya tersebut terpantik dari kenangan masa kecil yang begitu dekat dengan tradisi tahlilan yang secara guyub digelar warga ketika ada seseorang yang meninggal dunia.
Saat kematian datang
Aku berbaring dalam mobil ambulans Dengar, pembicaraan tentang pemakaman
Dan takdirku menjelang
Sirene berlarian sahut-sahutan Tegang, membuka jalan menuju Tuhan
Akhirnya aku usai juga.
Baca Juga:Perkiraan Cuaca Selasa 7 November 2023, Wilayah Cirebon Full Berawan, Waspada Hujan Tiba-tibaDaftar Caleg, Walikota Cirebon Mengundurkan Diri, Eti Herawati Ditunjuk Jadi Plt Hingga Akhir Masa Jabatan
Saat berkunjung ke rumah
Menengok ke kamar ke ruang tengah Hangat,
menghirup bau masakan kesukaan
Dan tahlilan dimulai
Doa bertaburan terkadang tangis terdengar
Akupun ikut tersedu sedan
Akhirnya aku usai jugaOh, kini aku lengkap sudah
“Waktu kecil, saya sering mendengar kiai atau ustaz yang menceritakan bahwa orang yang sudah meninggal itu rohnya tidak langsung terangkat. Ia masih sempat melihat apa yang terjadi di dunia nyata. Itu pengetahuan yang kemudian saya ekspresikan melalui lagu tersebut,” katanya.
Menurut Cholil, lagu lain yang cukup terpengaruh dari pengalaman keberagamaan di masa lampau adalah singel berjudul “Debu-Debu Berterbangan” dalam album pertama, serta “Kuning” yang juga termuat pada album Sinestesia.
“Debu-Debu Berterbangan itu terinspirasi ketika masih sekolah di madrasah yang setiap harinya membaca QS. Al-Ashr. Sementara dalam lagu ‘Kuning‘ ada saripati hadis yang menceritakan tentang jarak matahari yang hanya sejengkal dari kepala,” ungkap Cholil.
Demikian informasi terkait hadirnya vokalis band Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud dalam diskusi yang digelar PCNU Kabupaten Cirebon bertajuk “Musik Sufistik: Bedah Lirik ‘Putih’ Efek Rumah Kaca.” (*)