Siswa yang tidak siap dengan proyek tersebut menyebabkan pengambil alihan pekerjaan kepada orang tua mereka. Hal ini menyebabkan ketidak selarasan dari tujuan awal yang mana ingin meningkatkan kemandirian siswa.
Beberapa orang tua dari siswa mengeluhkan adanya proyek P5 ini. Salah satunya adalah Saerah (41). Saerah mengatakan ketidak setujuan atas pengimplematasian proyek P5 di tingkat Sekolah Dasr khususnya kelas 1 s.d 3.
“Agak gimana ya, tidak setuju, karena di rumah aja kita udah repot dengan kerjaan tugas-tugas rumah tangga apalagi dikasih tugas sama ibu bapak gurunya, sedangkan anaknya tidak bisa ngerjainya jadi lari ke orang tuanya yang ngerjain” Ujar Saerah saat ditemui di kediamannya.
Baca Juga:IPB Cirebon Dorong Generasi Muda Cirebon Lebih Mengenal Bahasa dan Budaya LokalInilah Berbagai Pengaruh ChatGPT pada Mahasiswa, Menilik Sisi Positif dan Negatif AI
“Saya sebagai orang tua merasakan ini, sebab saya mempunyai anak SD jadi menurut saya P5 itu tidak berfungsi, sebab apa? tidak mempelajari anak -anak untuk mandiri, sebab masih anak -anak tidak bisa jadi dikerjain orang tua, itu pengalaman pribadi saya sebagai orang tua murid” Sambungnya.
Saerah menambahkan bahwa harusnya P5 ini Harusnya P5 itu diterapkan oleh usia-usia yang sudah di atas 10 tahun.
Menurutnya pla pikir pada usia tersebut sudah berkembang lebih berkembang, sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah mereka scara mandiri.
“Program P5 itu harusnya di SMP adanya, kalau untuk setingkat SD itu belum bisa anak -anak kita tuh. Jadi saran saya ya di SD itu belum mumpuni anak -anak SD untuk mempunyai kegiatan P5, sebab anak-anak belum punya pikiran dewasa untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.” tutup Saerah. (*)