Cobaan kala itu mulai dari adanya wabah flu spanyol pada masa perang dunia 1, wabah malaria pada tahun 1927-1933, hingga perang dunia kedua.
“Juga pajak yang terlalu tinggi dari pemerintah kolonial Belanda juga membuat mereka terpuruk. Tapi mereka tidak mudah menyerah dalam kondisi apapun,” terang Jeremy.
“Mereka tetap dapat menciptakan peluang di saat situasi sulit dan terhimpit,” ungkapnya.
Baca Juga:Kapolri Mutasi 212 Pati dan Pamen Polri, Ada dari Jawa BaratViral, Istana Jelaskan soal Video Ban Mobil Presiden Bocor di Jawa Tengah
Sungai Sukalila atau Kali Sukalila sendiri mengalir dari Jembatan Jalan KS Tubun di Pamitran menuju sepanjang Jalan Sukalila Selatan melintasi Jembatan Pasar Pagi hingga sepajang Jalan Kalibaru Utara-Kalibaru Selatan dan bermuara ke laut.
Sementara itu, kali dari jembatan Pasar Pagi sampai ke laut disebut Kali Baru atau Kali Anyar karena sengaja dibuat belakangan untuk mengantisipasi banjir di Cirebon.
Pada sekitar tahun 1690, Kali Sukalila mengalir berkelok dari setelah jembatan Pasar Pagi berbelok ke kanan sepanjang Jalan Karanggetas (Krakatas Wegh) sekarang memotong melintasi beberapa Jalan hingga bermuara ke wilayah Pabean yang sekarang merupakan Komplek Jalan Benteng dan Pelabuhan Cirebon.
Diperkirakan di sekitar kampung Panjunan Kali Sukalila menyatu dengan kali Bacin membentuk Kali Cirbon (Cirbon Revier) yang mengalir di samping Benteng De Beschermingh (sekarang penjara dan Pelabuhan Cirebon) bermuara ke laut.
Dalam arsip foto KITLV Leiden terdapat tiga buah foto yang menggambarkan aktivitas di sekitar Kali Anjar (Kali Baru) di tahun 1910, di mana di sana terdapat pedagang dan para nelayan masih menambatkan perahunya di bantaran kali. (awr)