KUNINGAN, RADARCIREBON.ID – Lebih dari satu minggu, ruas jalan di depan pertokoan Siliwangi ditutup oleh Pemkab Kuningan. Imbasnya semakin dirasakan para pemilik toko, yang mengaku pendapatannya terus nenurun.
Pedagang kaki lima (PKL) yang memadati trotoar pasar barat dan timur serta area parkir dipindah ke Pusat Parkir Siliwangi (Puspa) yang berlokasi di eks SDN 17 Kuningan. Pemkab kemudian memberlakukan penutupan jalan di kawasan pertokoan Siliwangi untuk semua kendaraan dan PKL. Namun, permasalahan kini dihadapi para pedagang lama di kawasan tersebut yang mengeluh omzet mereka turun hingga hampir tidak ada penjualan.
Seperti diungkapkan Deni, penjaga toko yang menjual peralatan sekolah Toko Prapatan. Ia mengaku omzetnya turun hingga 50 persen sejak kawasan tersebut ditutup. Para pelanggannya kini enggan mampir berbelanja karena tidak bisa dilintasi angkot ataupun kendaraan pribadi dan motor.
Baca Juga:Warga Pasalakan Kecamatan Sumber Gotong Ryong Bersihkan Sampah di TPS Liar Imbas Gempa Garut, KA Jayakarta Berhenti Sementara di Mertapada
“Tempat parkir yang disediakan pemerintah di kawasan Puspa di lahan bekas SDN 17 dan Langlangbuana terlalu jauh, sehingga para pelanggan memilih berbelanja ke toko yang dekat sekitar situ. Ditambah angkot, kendaraan pribadi maupun motor tidak lewat sini membuat toko kami semakin sepi,” keluh Deni, Minggu 28 April 2024.
Pemilik Toko Emas Macan Teddy Wahyudi juga mengeluh jika tokonya kini lebih ramai oleh karyawannya dibanding pembeli. Menurut Teddy, kebijakan pemerintah menutup akses jalan di sepanjang kawasan pertokoan Siliwangi membuatnya menjadi seperti kota mati.
“Sekarang kawasan Siliwangi seperti kota mati. Tak ada kendaraan yang melintas. Pengunjung yang datang juga bisa dihitung dengan jari. Kondisi ini membuat omzet penjualan saya turun hingga setengahnya,” keluh Teddy, diamini para pedagang lainnya.
Padahal dirinya sudah menyewa enam kios dengan harga sewa lumayan mahal. Belum lagi dia harus menggaji karyawannya yang berjumlah 94 orang.
“Toko ini peninggalan orang tua saya, dari hanya satu kios sekarang saya menyewa enam kios sekaligus. Sewanya juga ke pemerintah daerah. Sekarang jalan Siliwangi malah ditutup membuat toko saya jadi sepi. Bahkan kelihatan lebih ramai karyawan daripada pembeli,” papar Teddy.
Atas kondisi ini, Teddy dan pedagang yang lain berharap agar kebijakan pemerintah tersebut tidak dilanjutkan. Teddy mengaku tidak mempermasalahkan jika kawasan tersebut terlarang untuk PKL dan parkir, namun setidaknya kendaraan masih bisa lewat.