RADARCIREBON.ID – Pada beberapa bulan lalu, kawasan Israel terjangkit virul west Nile. Virus ini setidaknya telah menyebabkan kematian pada lebih dari 100 orang di Israel.
Penyebaran virus ini disebabkan oleh nyamuk. Infeksi virus West Nile di Israel semakin meningkat. Bebebrapa laporan terkait infeksi virus ini sontak saja menjadi seuah kekhawatiran.
Hal ini dikarenakan situasi musim panas dan suhu udara yang hangat di Israel dapat menyebkan pembiakan nyamuk melaju dengan cepat.
Baca Juga:3 Rekomedasi Laptop yang Bisa Jadi Tablet: Fleksibilitas Maksimal dalam Satu PerangkatRekomendasi Laptop yang Cocok untuk Mahasiswa: Gak Ribet, Produktif Maksimal!
Sejarah dan Penyebaran Virus West Nile
Kasus jangkitan Virus Wesy Nile (West Nile Virus atau WNV) peertama kali ditemukan di Uganda pada tahun 1937 tepatnya di daerah West Nile. Untuk itulah mengapa virus ini dinamai virus West Nile. Sejak itu, virus ini menyebar melintasi berbagai benua seperti Afrika, Eropa, Asia, Australia, hingga Amerika.
Vektor dan Siklus Hidup Virus West Nile
Virus West Nile ini menyebar melalui gigitan nyamuk. Nyamuk yang dapat membawa virus ini adalah nyamuk genus Culex. Tidak hanya manusia, nyamuk ini juga dapat membawa virus West Nile kepaa hewan seperti kuda dan burung.
Namun siklus virus ini berhenti jika menjangkiti manusia dan kuda. Hal ini karena manusia dan kuda yang terinfeksi dianggap sebagai “dead-end hosts” artinya mereka tidak dapat menyebarkan virus ini kembali ke nyamuk.
Gejala Infeksi Virus West Nile
Seseorang yang terjangkit virus ini sebagian besar tidak menunjukkan gejala berarti. Sekitar 20% dari kasus jangkitan virus West Nile biasanya akan mengeluhkan demam, sakit kepala, nyeri pada tubuh, ruam-ruam merah, hingga pembengkakan pada kelenjar getah bening.
Namun sekitar 1% mengalai gejala yang lebih berat diantaranya Ensefalitis (radang otak), Meningitis (radang selaput otak dan sumsum tulang beakang), hingga Poliomielitis West Nile (kelemahan otot akut)
Diagnosis dan Pengobatan Virus West Nile
Virus West Nile dapat didiagnosa setelah melakukan serangkkaian tes darah atau cairan serebrospinal. Hal ini perlu dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antibodi atau RNA virus tersebut.
Tes PCR (Polymerase Chain Reaction) juga perlu dilakukan agar dapat mendeteksi materi genetik virusnya.