RADARCIREBON.ID – Pada Waktu Kemaren Kita telah di gegerkan dengan informasi kebocoran data data dari berbagai instansi dan angkatan militer tersebar di akun sosial media yang di miliki oleh sang peretas brainchiper.
setelah itu terjadi, pemerintah dan TNI merespon untuk membentuk tidak pembentukan angkatan siber untuk melengkapi tiga matra TNI sebagai alat negara dapat memperkokoh kedaulatan dan demokrasi. Menurutnya, istilah “cyber army” di beberapa negara sudah tak asing lagi di tengah perkembangan era digital saat ini, sebab dampak dari serangan siber memiliki konsekuensi yang sama beratnya dengan serangan militer.
aktor negara sebagai aktor dalam hubungan internasional merupakan subyek interaksi antar negara-negara yang berdaulat. Selain negara sebagai aktor, terdapat aktor-aktor lain yang bukan negara, yang melalui tindakan ataupun sikapnya dapat menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan negara maupun bangsa.
Baca Juga:Apa Itu Program PTSL Yang Di Canangkan Oleh Pemerintah Untuk Rakyat Yang Belum Mempunyai Sertifikat TanahKesenian Sandiwara Yang Masih Terjaga Di Banyaknya Kebudayaan Asing Datang Di Cirebon
Siber dapat menjadi salah satu faktor ancaman bagi negara disebabkan ruang lingkupnya yang dapat dimanfaatkan untuk mencuri informasi, penyebaran ide yang bersifat destruktif, maupun serangan terhadap sistem informasi di berbagai bidang, seperti data perbankan, jaringan militer, bahkan sistem pertahanan negara. Cyberspace yang bersifat global, menjadikan cyber crime sulit untuk ditentukan yuridiksinya, sebab locus delicti atau tindak pidana kejahatan yang dilakukan berada dalam dunia maya, dan dunia maya ini bersifat melewati batas-batas teritorial ataupun kedaulatan wilayah.
Era globalisasi yang semakin terhubung secara digital, ancaman terhadap keamanan nasional telah meluas melampaui batas-batas pertahanan fisik dan militer konvensional. Keamanan siber kini menjadi salah satu tantangan paling mendesak yang harus dihadapi oleh negara-negara di seluruh dunia. Dunia maya, yang dulunya dianggap sebagai wilayah tanpa batas, kini berubah menjadi medan pertempuran yang kompleks dengan serangan cyber yang dilancarkan oleh negara-negara maupun kelompok non-negara.
Ancaman siber yang beragam ini menciptakan tantangan yang kompleks bagi sistem pertahanan nasional. Misalnya, serangan siber terhadap sistem keuangan dapat mengganggu stabilitas ekonomi dengan memanipulasi transaksi atau mencuri data sensitif yang dapat digunakan untuk penipuan.
Di sisi lain, serangan terhadap jaringan komunikasi bisa menyebabkan gangguan dalam arus informasi, yang dapat mempengaruhi operasi militer dan koordinasi antar lembaga pemerintah. Dalam konteks ini, pertahanan siber bukan hanya tentang melindungi data, tetapi juga tentang memastikan kelangsungan fungsi vital yang menopang kehidupan dan stabilitas negara.