Nama Wangsakerta sendiri jarang dikenal dalam literatur sejarah tradisional, namun ia memainkan peran penting dalam penyusunan naskah ini.
Inisiasi penulisan Naskah Wangsakerta berawal dari keinginan Panembahan Girilaya, penguasa Cirebon, untuk mencatat sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara sebelum meninggal pada tahun 1677.
Wangsakerta memimpin sebuah panitia yang bertugas menyusun sejarah Nusantara.
Panitia ini terdiri dari para ahli agama dan budaya dari berbagai daerah, termasuk lima penasehat agama dari Arab, India, Jawa, dan Cina.
Baca Juga:Siapa yang Berhasil? Pengumuman Seleksi Administrasi CPNS Kemenag 2024 Segera HadirRoda Berputar Aksi Berlanjut Momen Perubahan di Hari Perhubungan Nasional
Mereka juga melibatkan ahli hukum dan sejarah dari kerajaan-kerajaan di Nusantara serta perwakilan dari negara-negara asing seperti Mesir, India, Sri Lanka, dan Tiongkok.
Meskipun para peserta musyawarah datang dari berbagai daerah dan latar belakang, mereka menghadapi tantangan besar dalam mencapai kesepakatan mengenai isi naskah tersebut.
Menurut catatan filolog Indonesia Ayatrohaedi dalam bukunya Sundakala: Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon (2005), penyusunan Naskah Wangsakerta sering diwarnai perdebatan sengit di antara para peserta.
Wangsakerta harus mengupayakan berbagai cara untuk mendamaikan perbedaan pendapat dan memastikan bahwa penulisan sejarah ini bisa diselesaikan dengan baik.
Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara: Sejarah yang Luar Biasa
Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara, bagian utama dari Naskah Wangsakerta, merupakan kumpulan naskah yang terdiri dari lebih dari 1.700 dokumen.
Salah satu bagian paling kontroversial dari naskah ini adalah pencatatan sejarah manusia purba yang menyerupai kera, yang hidup pada periode 1.000.000 tahun sebelum Saka (SS).
Ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana pengetahuan tentang manusia purba yang menyerupai teori evolusi bisa muncul dalam naskah yang ditulis pada abad ke-17.
Baca Juga:Nikmati Kesegaran Alam di Kolam Renang Terbaru Salaka Land KuninganMadu Super dengan Sentuhan Ajaib yang dapat Mengubah Gaya HidupMenyegarkan Tubuh dan Jiwa
Selain itu, naskah ini juga mencatat perpindahan bangsa-bangsa dari utara ke Nusantara yang terjadi sejak 10.000 SS hingga 200 SS.
Pendatang dari Yawan, Syangka, Champa, dan India Selatan dianggap membawa ilmu pengetahuan yang lebih maju dibandingkan penduduk asli Nusantara.
Naskah ini juga menyebut kerajaan-kerajaan Nusantara yang lebih awal dari yang diperkirakan oleh para ahli sejarah sebelumnya.
Sebelum kerajaan Kutai dan Tarumanagara yang dikenal sebagai kerajaan tertua di Nusantara, naskah ini mencatat keberadaan Salakanagara, sebuah kerajaan yang didirikan pada abad pertama Masehi.