RADARCIREBON.ID – Apakah Kalian Yang merasa muda tahu hal ini, mungkin hal ini bisa di rasakan oleh generasi Gen-Z jaman sekarang tapi belum tahu hal tersebut di berinama apa, sekarang ini sedang Viral Istilah Yang namanya Doom Spending Di kalangan anak muda.
Doom spending, atau pengeluaran dalam kondisi yang tidak sehat, adalah fenomena yang semakin terlihat di kalangan generasi muda, terutama di kalangan Gen Z dan Milenial. Istilah ini merujuk pada kebiasaan menghabiskan uang secara berlebihan, meskipun dalam keadaan ekonomi yang tidak menentu.
bisa di bilang Doom spending ini bukan sekadar belanja impulsif biasa. Lebih ekstrim dari itu. Dalam istilah yang lebih sederhana, doom spending adalah belanja yang dilakukan saat kamu merasa hidup ini lagi suram, penuh ketidak pastian, atau mungkin merasa dunia akan kiamat minggu depan (padahal tagihan kartu kredit tetap ada tiap bulan) ini terlihat berlebihan tapi nyatanya itulah yang terjadi di zaman Gen-Z ini.
Baca Juga:Rahasia Resep Membuat Tumis Genjer Tauco Yang Enak Dan Mudah DibuatBegini 10 Cara Menghindari Jeratan Judi Online Yang Benar Dan Mudah Di Praktekan
Istilah Doom spending atau “pembelanjaan malapetaka” saat ini sedang tren di media sosial, umumnya terjadi pada individu kalangan Gen Z maupun generasi Millenial. Saat ini, kemudahan berbelanja online memicu generasi Z dan milenial mengeluarkan uang tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya.
Banyak dari mereka tidak menyadari bahwa belanja impulsif ini mempengaruhi keuangan secara serius. Mereka menganggap bahwa berbelanja dapat mengurangi stres atau membuat mereka merasa lebih terhubung dengan lingkungannya. Padahal, kebiasaan ini justru merusak stabilitas keuangan mereka.
Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya doom spending :
- Stres dan Kecemasan : Ketidakpastian ekonomi, perubahan iklim, atau masalah pribadi dapat memicu perasaan cemas dan stres. Sebagai bentuk pelarian, beberapa orang memilih untuk berbelanja.
- Media Sosial : Paparan konten media sosial yang menampilkan gaya hidup konsumtif dapat memicu keinginan untuk memiliki barang-barang tertentu.
Berawal dari perasaan buruk akibat media sosial pun berubah menjadi kebiasaan negatif. Bahkan, survei Intuit Credit Karma untuk 1.500 warga Amerika Serikat (AS) pada November 2023 silam, menyebutkan ada kekhawatiran 97 persen responden.