RADARCIREBON.ID – Belakangan ini, dunia maya Indonesia digemparkan dengan munculnya hashtag #KaburAjaDulu yang viral di media sosial, khususnya di platform X (dulu Twitter) dan TikTok. Hashtag ini menarik perhatian banyak orang, terutama generasi muda, yang mengungkapkan keresahan mereka terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia. Fenomena ini mencerminkan keinginan sebagian masyarakat untuk mencari peluang lebih baik di luar negeri, bahkan sampai mendorong mereka untuk “kabur” atau pindah ke negara lain.
Seketika sosial media menjadi ramai gara – gara Hastag ini membanjiri sosial media ketika banyak jutaan anak muda yang lulus tiap tahunnya tapi enggak ada lapangan kerja yang memadai buat mereka.
Itu kenapa kita enggak heran kalau sekarang ada sekitar sepuluh juta Gen Z yang lagi menganggur. Meskipun masih ada lowongan pekerjaan pun biasanya persyaratan lamaran banyak tetapi gajinya kecil.
Baca Juga:Ada Kabar Baik Untuk Penggemar Cristiano Ronaldo Dia Bakal Ke NTT Indonesia Dalam Waktu DekatSiapa Wasit Yang Kontrofersial Di Laga Liverpool VS Everton Yang Mengeluarkan 4 Kartu Merah Saat Itu
Berharap gaji besar kayaknya juga berat karena faktanya ekonomi negara kita tidak akan mampu menggaji tenaga kerja kita seperti di luar negeri. Sudahlah kita ini kuliah berbiaya mahal, capek-capek belajar, tetapi begitu lulus dan dapat tawaran kerja, gajinya sangat kecil. Sangat kecil di sini dalam artian gaji kita sebulan belum bisa mencukupi kebutuhan hidup kita selama satu bulan itu sendiri.
Sekarang ada banyak sekali tawaran kerja di luar negeri dengan gaji yang besar. Salah satunya adalah program Ausbildung di Jerman. Ausbildung adalah program pelatihan kerja berdurasi 2,- 3 tahun di Jerman yang menggabungkan teori di sekolah dan praktik langsung di lapangan.
Syarat utama minimal ijazah SMA sederajat dan tentu saja menguasai bahasa Jerman. Bidang pekerjaan yang populer antara lain perhotelan, kesehatan, mekatronik dan IT. Adapun gaji selama masa pelatihan mulai dari Rp 14 juta – 22 juta per bulan. Dan gaji setelah lulus kisaran Rp 42 juta – 60 juta per bulan, tergantung bidang dan pengalaman.
awalnya diduga karena kekecewaan Warga Negara Indonesia (WNI) terhadap kebijakan Pemerintah saat ini yang dianggap tak peduli dengan nasib rakyat, terlebih soal efisiensi anggaran.