Perlu diketahui, fenomena #KaburAjaDulu mencerminkan kegelisahan anak muda terhadap masa depan di negeri sendiri. Dari sistem ekonomi yang dinilai tidak berpihak, ketidakpastian karier, sulitnya mendapatkan pekerjaan, hingga transparansi penggunaan pajak yang dipertanyakan.
Banyak yang merasa tak punya kuasa untuk mengubah situasi. Alih-alih berjuang dalam sistem yang stagnan, mereka mempertimbangkan mencari peluang di luar negeri yang dianggap lebih menjanjikan dalam hal pekerjaan, sistem pemerintahan yang lebih transparan, dan kepastian masa depan.
Beberapa pengguna media sosial membagikan informasi seputar beasiswa, lowongan pekerjaan, hingga perbandingan antara kehidupan di Indonesia dan negara-negara lain. Mereka memanfaatkan hashtag ini untuk mengekspresikan harapan bahwa dengan berpindah ke negara lain, mereka dapat meraih peluang yang lebih baik, terutama dalam hal karir dan kesejahteraan hidup.
Apa yang Mendorong Fenomena Ini?
Baca Juga:Ada Kabar Baik Untuk Penggemar Cristiano Ronaldo Dia Bakal Ke NTT Indonesia Dalam Waktu DekatSiapa Wasit Yang Kontrofersial Di Laga Liverpool VS Everton Yang Mengeluarkan 4 Kartu Merah Saat Itu
Fenomena #KaburAjaDulu tidak muncul begitu saja. Ada berbagai faktor yang mendorong generasi muda Indonesia untuk mempertimbangkan untuk meninggalkan tanah air mereka, di antaranya :
Ketidak puasan Ekonomi dan Kenaikan Harga
Salah satu alasan utama di balik meningkatnya penggunaan hashtag ini adalah tingginya harga kebutuhan pokok di Indonesia. Kenaikan harga bahan pangan, biaya pendidikan, serta inflasi yang tidak terkontrol membuat banyak orang merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tantangan dalam Mencari Pekerjaan
Banyak generasi muda yang merasa kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan mereka. Di tengah persaingan yang semakin ketat, banyak lulusan universitas yang merasa terjebak dalam pekerjaan yang tidak sesuai dengan harapan mereka, atau bahkan tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali.
Tantangan Politik dan Sosial
Ketidakpuasan terhadap kondisi politik, ketidakadilan sosial, dan kebebasan berekspresi yang terbatas juga menjadi faktor pendorong munculnya hashtag ini. Beberapa kalangan merasa bahwa Indonesia tidak menyediakan ruang yang cukup bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang mereka yakini.
Peluang yang Lebih Baik di Luar Negeri
Negara-negara seperti Jerman, Jepang, Amerika Serikat, dan Australia menjadi tujuan favorit bagi mereka yang memanfaatkan hashtag ini. Negara-negara tersebut dianggap memiliki kualitas hidup yang lebih baik, dengan peluang pendidikan, pekerjaan, dan kesejahteraan sosial yang lebih menjanjikan.