Selain itu, makan terlalu cepat juga dapat menyebabkan tubuh kesulitan untuk memberi sinyal kenyang yang cukup tepat waktu. Ini membuat seseorang cenderung makan lebih banyak dari yang sebenarnya dibutuhkan.
2. Konsumsi Makanan Tinggi Gula dan Lemak
Makanan yang tinggi gula dan lemak trans (seperti makanan cepat saji, camilan manis, atau makanan olahan) dapat memberikan kalori kosong yang tidak memberikan manfaat gizi. Makanan jenis ini juga bisa menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat, diikuti dengan penurunan tajam yang memicu rasa lapar lebih cepat. Akibatnya, seseorang cenderung makan lebih banyak untuk mengatasi rasa lapar yang datang secara tiba-tiba.
Selain itu, konsumsi gula yang berlebihan dapat meningkatkan kadar insulin dalam tubuh, yang pada gilirannya akan mendorong tubuh untuk menyimpan lebih banyak lemak, terutama di area perut.
3. Kurang Tidur
Baca Juga:Pemain Liverpool Yang Patut Disalahkan Saat Adu Pinalti Di Kandang Sendiri Melawan PSG Di Liga ChampionsIni Dia Nama Sumber Tambang Energi Di China Yang Tak Terbatas Bikin Semua Negara Iri Melihatnya
Tidur yang tidak cukup dapat memengaruhi keseimbangan hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Kekurangan tidur dapat meningkatkan kadar hormon ghrelin, yang merangsang rasa lapar, dan menurunkan kadar leptin, yang memberi sinyal kenyang pada tubuh. Ini membuat seseorang lebih cenderung makan berlebihan, bahkan jika mereka tidak benar-benar lapar.
Selain itu, kekurangan tidur dapat meningkatkan keinginan untuk mengonsumsi makanan yang tidak sehat sebagai sumber energi cepat, sehingga semakin memperburuk masalah kenaikan berat badan.
4. Kurang Aktivitas Fisik
Salah satu faktor utama yang menyebabkan berat badan naik drastis adalah kurangnya aktivitas fisik. Banyak orang yang lebih sering duduk atau berbaring sepanjang hari, baik karena pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk berada di depan komputer atau karena pola hidup yang kurang aktif. Aktivitas fisik yang rendah mengurangi pembakaran kalori, yang berarti kalori yang masuk ke tubuh lebih banyak disimpan dalam bentuk lemak.
Jika seseorang jarang berolahraga, tubuh juga akan kehilangan massa otot, yang berfungsi untuk membakar kalori lebih banyak. Akibatnya, metabolisme tubuh melambat, dan proses pembakaran kalori menjadi kurang efisien.
5. Stres Berkepanjangan
Stres yang terus-menerus dapat mempengaruhi keseimbangan hormon tubuh, seperti peningkatan kadar kortisol. Kortisol, hormon stres, dapat menyebabkan peningkatan nafsu makan dan mendorong tubuh untuk menyimpan lemak, terutama di area perut. Kebiasaan “emotional eating” atau makan karena stres, cemas, atau kesedihan juga sangat umum terjadi pada orang yang merasa tertekan. Makanan yang dikonsumsi saat stres sering kali adalah makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak, yang semakin memperburuk masalah kenaikan berat badan.