RADARCIREBON.ID – Mewujudkan Cirebon seperti Yogyakarta perlu peran investor dan Keraton Cirebon sebagai pemilik pakem. Butuh keseriusan pemerintah untuk mengelaborasi.
“Mudah-mudahan ini harapan baru, tidak hanya omon-omon,” tutur pengamat kebijakan di Cirebon Prof Dr H Adang Djumhur Salikin MAg kepada Radar Cirebon, Rabu (23/4/2025).
Harapan baru ketika rencana tersebut disampaikan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Di mana, ia belum lama dilantik. Prof Adang bilang, image Dedi Mulyadi sejauh ini telah terbangun apik.
Baca Juga:Rotasi Kapolsek dan PJU Polres Majalengka, Siapa Saja Pindah Jabatan?Wakaf Mushaf Alquran untuk Warga Sadomas
Artinya, seharusnya segala yang disampaikan Dedi Mulyadi bakal digarap secara serius.
“KDM (Kang Dedi Mulyadi) juga menjaga image, jangan sampai terkesan pencitraan. Jadi kita berharap memang dia serius dan ditindaklanjuti dengan langkah konkret,” ucap Guru Besar UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon tersebut.
Prof Adang berpendapat bahwa harus ada leading sektor untuk mewujudkan Cirebon seperti Yogyakarta. Instansi khusus yang fokus ditugaskan merealisasikan program yang disusun. Termasuk mengakomodir pendapat dari pengamat, akademisi, atau pihak keraton.
“Mudah-mudahan melalui wibawa dan karisma gubernur, para pengusaha juga bisa berinvestasi untuk mengembangkan kawasan itu,” ucap Prof Adang.
Sejauh ini, imbuh dia, persoalan sikap atau mental pesimistik jadi alasan Cirebon meniru Jogja tak kunjung jadi nyata. Wacana berkepanjangan yang tak sejalan dengan realitas di lapangan, memengaruhi atensi masyarakat.
Padahal, Cirebon punya potensi itu. Tinggal berpikir konsep untuk menjualnya. “Karena hanya wacana, masyarakat juga pesimistis itu bisa terwujud. Mental seperti itu yang harus dikikis,” tukasnya.
Prof Adang juga menilai kontribusi dari pihak Keraton Cirebon terkesan kurang serius. Keraton Cirebon, imbuh dia, harus menjadi garda terdepan untuk menggawangi persoalan tersebut.
Baca Juga:Tepis Ada Masalah di Unma Lima Klub Kerja Sama Bina Potensi Prestasi Bulutangkis
Masukan dari daerah, kemudian disampaikan kepada gubernur. “Cirebon Kota Lama di Kawasan BAT itu sudah bagus. Cuma istilahnya gebrak uyah: sementara, terus hilang lagi. Kita itu kurang istiqomah,” terang Prof Adang.
Terpisah, Sejarawan Publik Jawa Barat Mustaqim Asteja turut bicara seputar niatan pemerintah membuat Cirebon seperti Yogyakarta. Dimulai dari inventarisasi nilai-nilai historis Cirebon.
“Karena sejarah sebagai dasar untuk membuat kebijakan selanjutnya,” tutur Pendiri Komunitas Pusaka Cirebon Kendi Pertula itu kepada Radar Cirebon, Rabu (23/4/2025).