Belum lagi ditambah narasi dari akun-akun yang ikut berkomentar, yang seolah tahu isi hati para tokoh. Warganet juga menjadi sutradara, editor, sekaligus hakim yang sayangnya tanpa proses investigasi. Bahkan, tak jarang berita viral dibuat berdasarkan asumsi dari caption yang tidak lengkap.
Sisi lain, viral bukan berarti benar. Berita yang menjadi sorotan bukan berarti layak dikonsumsi. Isu perselingkuhan memang menggoda untuk dibahas. Tapi sebagai publik, kita punya pilihan, ikut menari dalam rumor, atau duduk dan menunggu klarifikasi.
Menjadi penonton yang menghibur, atau menjadi masyarakat yang mendewasa. Sebagai pengingat, tokoh publik juga manusia. Tidak semua cerita layak untuk disebarluaskan, apalagi tanpa kepastian.
Baca Juga:Pemkab Indramayu Gelontorkan Bantuan Rp1 Miliar untuk Operasional Ibadah HajiKabupaten Kuningan Berpotensi Jadi Industri Pertanian, Bagaimana Caranya?
Kita hidup di zaman di mana kebenaran bisa dikaburkan oleh kecepatan viralitas. Maka, sebelum jari kita ikut menyebarkan gosip, mari ingat satu hal. Tidak semua yang trending itu penting, dan tidak semua yang penting itu trending. (*)
Penulis adalah Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UGJ Cirebon