RADARCIREBON.ID – Penataan kompleks Makam Sunan Gunung Jati menjadi pekerjaan rumah bersama. Semuanya harus dipetakan sekaligus melibatkan banyak pihak. Sebab, kekayaan dan kewenangan kompleks makam Kanjeng Sinuhun Sunan Gunung Jati milik keraton.
Hal ini dikatakan Kabid Destinasi dan Industri Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Cirebon Syafrudin Aryono MSi. Ia mengatakan, sejatinya pemerintah daerah tidak memiliki aset di kompleks makam Sunan Gunung Jati.
Selain aset keraton, kepemilikan lahan atau lapangan yang digunakan untuk parkir kendaraan milik TNI. Termasuk aset milik desa. Namun demikian, pihaknya menyambut baik apa yang tengah dilakukan oleh Komisi I dan IV DPRD Kabupaten Cirebon.
Baca Juga:Majalengka Lepas Ekspor ke Tiga NegaraTokoh Agama Beri Teladan Pelestarian Alam
Bahkan, Ketua DPRD Kabupaten Cirebon juga telah membuat pansus untuk menangani pengelolaan komplek makam Sunan Gunung Jati. “Mudah-mudahan di tahun 2025 dan 2026, dari bidang destinasi dan industri pariwisata akan membentuk sebuah perencanaan dan penganggaran bagaimana memberdayakan para peminta-minta,” ujar Syafrudin Aryono saat wawancara dengan Radar Cirebon, Rabu (23/4/2025).
Salah satunya, sambung pria yang akrab disapa Ari itu, bekerja sama dengan Satpol PP dalam penertiban, Dinsos melakukan pendataan jumlah pengemis, sementara Dinas Koperasi dan UKM memberdayakan pengemis dalam kerangka mengubah mindset dan kebiasaan mereka, dari yang meminta-minta menjadi orang yang berjualan. “Kami akan menambahkan soft skill mereka apakah berjualan kaos, goodie bag, handycraft, ekonomi kreatif, dan yang lainnya,” terangnya.
Termasuk bekerja sama dengan Desa Astana, Kecamatan Gunungjati, fokusnya men-direct jumlah warga Astana itu berapa orang yang ada di sana. Sebab, berdasarkan informasi, ada indikasi banyak mereka yang meminta-minta itu juga datang dari desa lain. “Data sementara itu jumlah pengemis ada 120-an. Tapi, kalau yang memakai baju tradisional atau baju adat yang berada di kotak amal itu mungkin menjadi domainnya keraton. Kami belum dapat datanya,” tuturnya.
Namun, pihaknya berusaha dengan sangat hati-hati untuk mengkomunikasikan. Tentunya secara persuasif.
“Biar gimana, pemda harus turut serta melakukan penataan,” ucapnya.
Tujuannya, agar para peziarah dari berbagai penjuru wilayah di Indonesia bisa nyaman saat berada di Makam Sunan Gunung Jati. Ia mengatakan sampai saat ini wisata terbanyak dan selalu menjadi nomor satu di Kabupaten Cirebon adalah ziarah Makam Sunan Gunung Jati. “Sesuai data kunjungan objek wisata Gunung Jati itu selama tujuh hari saat Ramadan sampai lepas Ramadan tembus 10.000 peziarah,” pungkasnya. (sam)