RADARCIREBON.ID – Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan China mengalami ketegangan yang kian meningkat. Perang dagang yang dimulai pada era pemerintahan Presiden Donald Trump, dengan pengenaan tarif tinggi terhadap produk China, telah berkembang menjadi perang dingin perdagangan yang mencakup sektor-sektor strategis seperti teknologi, keamanan siber, dan kecerdasan buatan. Kini, China dengan percaya diri mengklaim bahwa mereka berada di jalur untuk mengungguli Amerika Serikat dalam hal teknologi.
persaingan sengit antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, yakni China dan Amerika Serikat. Persaingan ini sering disebut sebagai “Perang Dingin Baru”, sebuah pertarungan untuk meraih hegemoni global di abad ke-21.
AS dan China bermula dari kekhawatiran AS atas defisit perdagangan yang terus melebar serta tuduhan pencurian kekayaan intelektual oleh perusahaan-perusahaan China. Pemerintah AS menuduh bahwa China memaksa perusahaan asing untuk mentransfer teknologi sebagai syarat untuk beroperasi di pasar domestiknya. Selain itu, program ambisius China bernama Made in China 2025, yang bertujuan untuk menjadikan China sebagai pemimpin global dalam berbagai teknologi tinggi, menjadi perhatian besar Washington.
Baca Juga:Penampakan Harga Baru Oppo Reno 10 Pro 5G Turun Harga Memiliki RAM 12 GBIni Dia Kenapa Orang Menyela Saat Orang Berbicara, Dari Pandangan Psikolog Ini dia
Sebagai respons, AS menerapkan tarif bea masuk terhadap ratusan miliar dolar barang-barang asal China. China membalas dengan mengenakan tarif terhadap produk AS. Namun ketegangan tidak berhenti di situ. Kini, sektor teknologi menjadi medan persaingan baru.
Negara Adidaya AS tidak unggul dalam bidang teknologi canggih dan mendapatkan manfaat atasnya. Hal yang menjadi ancaman kerja dan keamanan nasional, dalam perspektif China.
Sementara AS, lewat jalur politik mendukung industri teknologi dalam negeri melalui program subsidi berjumlah besar dari pemerintahan Presiden Joe Biden. Industri ini selama ini dianggap sebagai motor pertumbuhan dan inovasi.
Sekali Trump beraksi, sekali itu pula China bereaksi, termasuk terhadap ancaman terbaru Trump setelah China membalas dengan tarif 34 persen yang sama besar dengan tarif yang dijatuhkan AS kepada China.
24 jam setelah China membalas AS, Trump mengancam China dengan tarif tambahan 50 persen. Tapi seketika itu pula China balik mengancam, bak pepatah “ente jual, ane beli”.