Plus Minus Bermain Media Sosial

plus minus media sosial
Plus minus penggunaan media sosial. Foto: Tangkapan layar - radarcirebon.id
0 Komentar

Oleh: Subandi MHum

SECARA umum, hanya sekitar 10-15 persen, isi pesan media sosial (medsos) yang bersileweran di sekitar kita, mengandung nilai edukasi atau tutorial. Artinya, ada setidaknya 85-90 persen isi pesan di medsos masuk dalam kategori tidak mendidik yang banyak dikonsumsi.

Dengan komposisi konten seperti itu, maka menjadi sangat penting bagi kita agar lebih bijak dalam menggunakan medsos. Terutama bagi generasi muda atau generasi alpha, yang berusia di bawah 15 tahun atau yang lahir sekitar tahun 2010 hingga 2024.

Mereka adalah generasi muda yang ditandai dengan ciri sangat terhubung dengan teknologi dan terpapar layar digital sejak dini. Serta sangat terbiasa dengan perangkat elektronik seperti smartphone, tablet, dan komputer.

Baca Juga:Barcelona Amankan Posisi Puncak Klasemen La LigaPilih Manchester United Ketimbang 5 Klub Besar

Mereka adalah generasi yang multitasking, dengan kemampuan untuk melakukan beberapa tugas sekaligus di layar yang sama. Generasi muda juga dikenal sangat kreatif di medsos. Mereka sangat terbuka terhadap keanekaragaman dan ragam budaya. Di mana, mereka ditandai dengan cara berpikir terbuka, transformatif, dan inovatif. Sehingga, mereka kurang dan tidak peka dalam interaksi sosial di masyarakat.

Setidaknya, terdapat lima dampak negatif dari medsos terhadap kehidupan mereka. Yaitu, yang pertama, berdasarkan survei UNICEF (2020), menunjukkan bahwa satu dari lima anak mengalami tekanan mental akibat medsos di Indonesia. Kasus kecemasan, depresi, dan gangguan kesehatan mental pada anak-anak dan remaja, meningkat pesat.

Medsos terindikasi sebagai salah satu penyebab utama, dengan faktor utama adalah cyberbullying (bahwa anak-anak sering menjadi korban perundungan digital) dan perbandingan sosial: anak-anak merasa minder atau tidak percaya diri karena membandingkan diri dengan kehidupan “sempurna” yang mereka lihat di media sosial.

Fenomena kedua ini juga erat dengan istilah FOMO (fear of missing out), yakni melihat orang lain beraktivitas atau memiliki pengalaman sosial yang menyenangkan di medsos yang dapat menyebabkan perasaan ketinggalan atau terisolasi, yang memperburuk kesejahteraan emosional anak.

Kedua, terjadi penurunan prestasi akademik sebagai akibat dari tren anak-anak yang semakin banyak menghabiskan waktu di medsos, sehingga waktu belajar berkurang. Faktor utamanya adalah kecanduan medsos, di mana anak-anak menghabiskan rata-rata 3-6 jam sehari di platform. Seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan gangguan fokus: paparan konten singkat dan cepat membuat anak-anak lebih sulit berkonsentrasi.

0 Komentar