Hal ini diperparah dengan kebiasaan scroll up and down yang sangat mudah dalam waktu yang sangat singkat. Laporan KPAI (2021) menyebutkan bahwa 28 persen kasus penurunan prestasi akademis terkait penggunaan medsos secara berlebihan.
Hal ini juga didukung oleh hasil riset, yang menyatakan bahwa kita rata-rata kehilangan fokus setelah membaca 8-12 detik di media online, sebagai akibat dari medsos. Belum lagi kebiasaan scanning di medsos, yang mendorong kebiasaan membaca sekilas (skimming) daripada memahami secara mendalam. Semua ini akan mengakibatkan terjadinya penyakit baru, yaitu penyakit malas berpikir atau “pembusukan” otak yang sangat berbahaya untuk masa depan Indonesia.
Ketiga, eksploitasi dan paparan konten tidak pantas dan tidak bermutu (low quality) yang mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, anak-anak banyak mendapat paparan pada konten eksplisit, pornografi, dan kekerasan. Faktor utamanya adalah algoritma medsos yang sering menyarankan konten tidak pantas dan minimnya pengawasan orang tua saat menggunakan medsos. Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) melaporkan bahwa sebanyak 65 persen anak pernah terpapar konten negatif di medsos pada 2023.
Baca Juga:Barcelona Amankan Posisi Puncak Klasemen La LigaPilih Manchester United Ketimbang 5 Klub Besar
Keempat, meningkatnya kasus cyberbullying atau perundungan digital terhadap anak-anak yang terus cenderung meningkat di Indonesia. Faktor utamanya adalah komentar negatif atau ujaran kebencian di medsos dan penyebaran informasi pribadi tanpa izin. Menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2022, sebanyak 41 persen anak dan remaja pernah menjadi korban cyberbullying ini.
Kelima, menurut survei Katadata (2023), sebanyak 72 persen anak-anak Indonesia menghabiskan lebih dari empat jam sehari menggunakan medsos. Kondisi ini dapat mengakibatkan ketergantungan digital (digital addiction) yang dapat menjadi masalah serius (Yandra Arkerman dan Verry/2025).
Nah, media sosial memiliki pengaruh besar bagi generasi muda, baik positif maupun negatif. Untuk mengantisipasi dampak buruknya, diperlukan peran aktif dari berbagai pihak. Orang tua dan guru perlu mengawasi serta membimbing anak dalam menggunakan media sosial secara bijak. Literasi digital harus ditanamkan sejak dini agar generasi muda mampu menyaring informasi dan tidak mudah terpengaruh konten negatif. Selain itu, pembatasan waktu penggunaan media sosial penting dilakukan untuk mencegah kecanduan.