Sebaliknya, bisa jadi dalam tumpukan berkas pegawai yang jarang dilirik, atau dalam unit kerja yang dianggap pinggiran, tersembunyi potensi dan dedikasi luar biasa. Sebab, dalam segala keterbatasan pemahaman yang dimiliki, saya meyakini bahwa yang kita perlukan bukan sekadar sistem kepegawaian yang rapi, tapi cara pandang yang lebih arif; yang melihat manusia, bukan hanya data; yang membaca dedikasi, bukan sekadar absen dan angka kinerja.
Karena seperti tahi ayam dalam kisah itu, dalam konteks pelaksanaan kerja, sistem kepegawaian pun punya sisi-sisi yang tak sedap di mata birokrasi modern. Tapi tafsir yang bijak bisa mengubah “kotor” menjadi “subur”. Bisa jadi, yang kita anggap beban justru adalah ladang pembelajaran paling jujur bagi reformasi birokrasi.
Dalam kisah yang dituturkan Pak Kiai, tahi ayam adalah sebuah masalah. Masalah, dalam dunia kerja, kadang datang diam-diam. Tidak pakai aba-aba. Tidak menunggu kita siap. Tahu-tahu sudah ada di depan mata dalam banyak bentuk; dalam bentuk laporan yang telat, ruangan yang kotor, suasana yang terasa tegang tanpa sebab, dan lainnya. Namun, yang paling menarik dari masalah bukanlah wujudnya. Melainkan cara orang meresponsnya.
Baca Juga:SMKN 1 Balongan Sukses Gelar Uji Kompetensi SiswaGerakan Buang Sampah Wujudkan Majalengka Bersih dan Sehat
Di satu ruang kerja, bisa saja terjadi ada seseorang yang merasa tersinggung hanya karena kursi di mejanya dipindah tanpa izin. Di tempat lain, ada yang naik pitam karena merasa tidak dihargai dalam rapat kecil. Lalu ada juga yang mendadak panik ketika menemukan pekerjaan timnya kacau balau, dan langsung membentuk “tim investigasi” kecil-kecilan. Semua ingin cepat menyalahkan, siapa yang lalai, siapa yang tak becus. Respons semacam ini sangat manusiawi. Tapi sayangnya, juga sangat merusak.
Dalam psikologi organisasi, respons cepat menyalahkan sering lahir dari rasa tidak aman—ego defensive kata Baumeister (1998). Kita ingin terlihat profesional, ingin tampak sempurna, sehingga ketika ada yang mengganggu citra itu, kita buru-buru mencari siapa yang layak disalahkan. Ini bukan soal tanggung jawab, tapi soal perlindungan diri. Di sisi lain, ada juga tipe pegawai yang langsung meledak emosinya.