Padahal, kadang masalah hanya butuh dipungut dan dibersihkan. Tanpa perlu dibicarakan panjang, tanpa perlu diumumkan. Cukup disapu dengan rasa tanggung jawab yang lahir dari kedewasaan. Carl Jung bilang, “Everything that irritates us about others can lead us to an understanding of ourselves.”
Bisa jadi, kekesalan kita pada kolega, pada bawahan, pada sistem, adalah cermin dari hal-hal yang belum selesai dalam diri kita. Maka yang kita butuhkan bukan sekadar rapat klarifikasi, tapi juga ruang batin untuk bercermin.
Birokrasi hari ini bukan kekurangan orang pintar. Tapi seringkali kita kekurangan orang yang lapang; yang mau membersihkan tanpa menyindir; yang mau turun tangan tanpa mengeluh; yang memahami bahwa pekerjaan bukan sekadar pencapaian, tapi juga perawatan jiwa. Barangkali sudah saatnya kita memperbarui indikator kinerja.
Baca Juga:SMKN 1 Balongan Sukses Gelar Uji Kompetensi SiswaGerakan Buang Sampah Wujudkan Majalengka Bersih dan Sehat
Bukan hanya soal target dan output, tapi juga soal siapa yang membawa udara sejuk ke dalam ruangan. Siapa yang tidak mudah panik. Siapa yang tidak mendramatisasi. Siapa yang tetap bisa tersenyum sambil membersihkan kekacauan.
Viktor Frankl pernah bilang, “Between stimulus and response, there is a space. In that space is our power to choose our response.” Dan di ruang kecil itulah, watak sejati manusia diuji. Termasuk kita—pegawai, pemimpin, atau siapa pun yang hari ini mungkin sedang berhadapan dengan “tahi ayam” dalam bentuk yang lain.
Maka sebelum kita mencari kambing hitam atau menyusun laporan investigasi, barangkali ada baiknya kita ke kamar mandi dulu. Ambil air, bawa sabun, dan mulai membersihkan “tahi ayam” (masalah) yang nlecek. Siapa tahu, dari situ kita belajar bahwa bekerja di birokrasi bukan hanya soal fungsi, tapi juga soal kemanusiaan. (*)
*Penulis adalah Penelaah Teknis Kebijakan (Klerek) pada Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan, Sekretariat Daerah Kota Cirebon