Paus Fransiskus, Warisan Sang Jembatan

Paus Fransiskus
Foto: Antara Imam Besar Masjid Istiqlal yang kini Menteri Agama Nasaruddin Umar saat mencium kening Paus Fransiskus di Jakarta pada September 2024.
0 Komentar

Di sisi lain, sebagai pemimpin 1,4 miliar umat Katolik, Paus Fransiskus tidak hanya mengurus urusan internal Gereja, tetapi tampil sebagai moral compass global yang bersuara dalam isu-isu kemanusiaan.

Paus Fransiskus menjadi pionir dalam membangun dialog dengan pemeluk agama lain, termasuk Islam. Pada 2019, ia menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia bersama Imam Besar Al-Azhar di Abu Dhabi. Hal ini merupakan langkah bersejarah dalam membangun harmoni antaragama di tengah dunia yang retak oleh fanatisme.

Selain itu, Paus secara konsisten mengkritik sistem ekonomi global yang menciptakan jurang kaya-miskin. Ia berpendapat, ekonomi yang membunuh tidak dapat diterima. Ia mendorong keadilan ekonomi dan perlindungan terhadap kaum miskin.

Baca Juga:SMKN 1 Balongan Sukses Gelar Uji Kompetensi SiswaGerakan Buang Sampah Wujudkan Majalengka Bersih dan Sehat

Paus Fransiskus menyerukan perlindungan terhadap Bumi yang ia sebut sebagai rumah bersama. Ia memperjuangkan keadilan iklim, mengkritik eksploitasi alam, dan mengajak semua manusia, apapun agamanya untuk menjadi penjaga ciptaan tuhan.

Hingga detik-detik terakhir sebelum kepergiannya, Paus Fransiskus tetap menjadi suara nurani dunia. Satu hari menjelang wafat, beliau kembali menyerukan penghentian kekerasan dan genosida yang dilakukan oleh rezim Zionis Israel terhadap rakyat Palestina.

Dalam 18 bulan terakhir hidupnya, Paus menjalankan sebuah ritual malam yang sangat menyentuh. Paus secara pribadi menghubungi Gereja Katolik di Gaza, tempat di mana banyak warga Palestina berlindung dari gempuran brutal.

Wafatnya Paus Fransiskus memang meninggalkan duka, tetapi warisannya tak akan terkubur. Dunia telah menyaksikan seorang pemimpin yang menjadikan kelembutan sebagai kekuatan, dan kesederhanaan sebagai strategi diplomatik. Ia tidak hanya memimpin Gereja Katolik, tetapi juga memimpin hati umat manusia menuju cita-cita perdamaian sejati.

Paus Fransiskus telah tiada, tetapi jembatan yang ia bangun tak akan runtuh. Dunia kini ditantang untuk menjaga dan melanjutkan lintasan yang telah ia buka, lintasan kasih, dialog, dan harapan. (*)

*Penulis adalah Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UGJ Cirebon

0 Komentar