Hardiknas: Mengawal Arah Pendidikan Nasional

Ilustrasi
Ilustrasi Hardiknas. Foto: Istimewa.
0 Komentar

Pertama, melakukan internalisasi pendidikan agama melalui pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan fungsi pokok dan usaha yang strategis untuk mewujudkan tujuan institusional. Tujuan setelah proses pembelajaran adalah sistem nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan karakteristik kepribadian siswa.

Pembelajaran sebagai sebuah metode menghendaki adanya perekayasaan situasi terencana yang memberikan perlakuan tertentu, untuk mengetahui akibat-akibatnya terhadap siswa. Menggunakan metode secara terencana, sistematik, dan terkontrol, baik dalam bentuk desain fungsional maupun faktoral melalui pengenalan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, melalui penggambaran konsep yang bersifat penghayatan dan pengamalan.

Pembelajaran dan internalisasi pendidikan agama di sekolah menghadapi persoalan yang mendasar. Di antaranya terkait relevansi materi pembelajaran, strategi pembelajaran, dan keterbatasan bahan bacaan yang mendukung perkembangan keagamaan siswa.

Baca Juga:Gelar Tinju untuk Cegah TawuranSukseskan Swasembada Pangan, Wakil Bupati Indramayu Dukung Percepatan Tanam Padi

Sejauh ini penanaman nilai-nilai pendidikan agama di sekolah masih menitikberatkan kepada domain kognisi yang cenderung menampilkan agama sebagai seperangkat rumusan kepercayaan dan ajaran yang cenderung indoktrinatif-normatif. Akibatnya, bahan-bahan bacaan untuk mendukung domain tersebut terbatas pada buku-buku teks.

Upaya penanaman nilai-nilai pendidikan agama tidak sekedar menyangkut dimensi kepercayaan, tetapi lebih dari itu adalah dimensi pembudayaan. Dalam hal ini dibutuhkan agama dalam bentuknya yang efektif dan praktis.

Agama mesti ditampilkan dalam performa historik, kontekstual dan aktual yang disajikan melalui pengalaman dan kisah hidup yang mengekspresikan perilaku keagamaan dan menjawab berbagai problem keseharian dalam suatu dimensi ruang, waktu dan konteks tertentu. Melalui pola pembelajaran yang diarahkan pada upaya menciptakan model pembelajaran bagi siswa dan memberi warna baru bagi pembelajaran nilai keagamaan.

Kedua, membentuk lingkungan sekolah sebagai laboratorium pengamalan nilai-nilai pendidikan agama. Institusi pendidikan merupakan sebuah ranah sosial yang diharapkan dapat berperan sebagai kawah candradimuka lahirnya intelektualitas, moralitas, dan orde kehidupan yang menjunjung tinggi perdamaian.

Secara eksistensial, setiap manusia dalam lingkungan pendidikan didorong mengenal hakikat kemanusiaan dirinya secara utuh dan belajar menerima keberadaan orang lain dengan prinsip tepa selira.

Melalui internalisasi dan pembentukan lingkungan sekolah sebagai laboratorium pengamalan nilai-nilai pendidikan agama, diharapkan dapat meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.

0 Komentar