Hajat Tutulak, Tradisi Tolak Balak Mayarakat Kuningan, Dipicu Kekejaman DI/TII

hajat tutulak kuningan
Masyarakat di Kabupaten Kuningan memiliki tradisi Hakat Tutulak. Foto hanya ilustrasi. Foto: C Goldstein - radarcirebon.id
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Di salah satu desa di Kabupaten Kuningan, dulu mengenal tradisi Hajat Tutulak. Hajat tersebut tujuannya untuk menolak balak dari gangguan roh jahat.

Tradisi itu lahir lantaran adanya tokoh gerombolan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang tewas mengenaskan.

Tokoh yang terkenal sakti dan bengis tersebut, tewas di tanah pemakaman akibat diberondong peluru oleh pasukan Tentara Republik Indonesia (TNI).

Baca Juga:Kaliaren, Desa Terindah di Kabupeten Kuningan, Letaknya Persis di Kaki Gunung CiremaiStadion Bima, Pusat Olahraga Malam

Agar arwah tokoh DI/TII yang dikenal kejam tersebut tidak mengganggu, maka warga desa menggelar upacara tolak balak. Upacara itu akhirnya menjadi tradisi yang disebut Hajat Tutulak.

Sebenarnya msyarakat desa tersebut sudah mengenal tradisi Hajat Tutulak sejak lama. Bahkan di Kuningan pada tahun 1940-1950 sudah terbiasa menggelar upacara tersebut.

Bahkan, di antara tahun-tahun tersebut, Hajat Tutulak sudah menjadi aliran kepercayaan yang mereka warisi dari para buhun atau leluhur.

Adalah masyarakat Desa Karangtawang, Kuningan yang kembali menghidupkan tradisi tolak balak tersebut.

Mereka menggelar upacara tersebut dalam rangka mencari perlidungan dari ganasnya serangan gerombolan DI/TII. Termasuk setelah salah satu pimpinan gerombolan itu tewas, upacara sering digelar oleh masyarakat desa itu.

Masyarakat desa Karangtawang memang banyak yang menjadi korban penculikan DI/TII. Bahkan hingga sekarang masih ada yang belum diketahui keberadaan sebagian warga yang diculik. Termasuk keberadaan kubur mereka.

Bukan hanya menculik, gerombolan tersebut juga sering membuat kacau. Mereka tak segan membakar rumah warga yang tidak bersedia memberikan upeti.

Baca Juga:Identik dengan Jawa, di Suriname Juga Ada Warga Kuningan yang Tak Kembali dari Perantauan3 Bulan Mengarungi Lautan, Kisah Warga Kuningan Dikirim ke Belanda Lalu ke Suriname

Sebelum gerombolan tersebut pergj untuk bergerelia di Gunung Galunggung, Tasikmalaya, biasanya mereka meminta logistik ke warga desa.

Namun, sebagian warga menolak memberikan logistik. Bagi yang menolak, gerombolan tersebut tak segan-segan menculik dan membakar rumah warga desa.

Nah, agar terjauh dari bahaya dan ancaman dari gerombolan DI/TII, warga desa setempat pun menghidupkan tradisi tolak balak tersebut.

Tradisi ini semakin rutin digelar setelah adanya tokoh DI/TII yang tewas terbunuh. Tujuannya agar roh jahat tokoh itu tidak mengganggu warga Karangtawang.

Tokoh DI/TII yang terkenal jahat tersebut bernama Arsjad. Dia meregang nyawa terkena peluru prajurit TNI pada tahun 1956.

0 Komentar