RADARCIREBON.ID – Transformasi layanan digital mendorong peningkatan pendapatan berbasis biaya (fee based income/FBI) PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Pada Triwulan I 2025, peningkatan FBI tersebut mendorong laba bersih BSI tumbuh 10% secara tahunan (year-on-year/YoY), mencapai Rp1,88 triliun.
Plt Direktur Utama BSI, Bob T. Ananta, dalam paparan publik kinerja Triwulan I 2025, mengungkapkan bahwa FBI BSI tumbuh signifikan sebesar 39,3% menjadi Rp1,7 triliun. Komposisi fee based ratio pun meningkat tajam, dari 16,91% pada Maret 2024 menjadi 20,35% pada Maret 2025.
Peningkatan ini merupakan hasil dari implementasi strategi penguatan infrastruktur transaction banking sepanjang tahun 2024, seperti peluncuran BYOND by BSI, penambahan mesin EDC dan QRIS BSI, serta fokus pada bisnis emas, terlebih setelah BSI ditetapkan sebagai Bank Emas oleh Presiden RI pada 26 Februari 2025.
Baca Juga:Pemerintah Kota Cirebon Komitmen Mewujudkan Pendidikan Bermutu dan MerataMomentum Hari Pendidikan Nasional Kota Cirebon Komitmen Wujudkan Pendidikan Bermutu Untuk Semua
“Dalam situasi ekonomi global yang menantang, emas menjadi pilihan utama investor untuk menyimpan dananya, dan ini menjadi peluang besar bagi BSI,” ujarnya.
Bisnis emas BSI melalui platform BYOND by BSI juga mencatat pertumbuhan signifikan. Tren pembelian emas oleh nasabah meningkat, sejalan dengan kesiapan produk emas BSI. Jumlah nasabah meningkat 28% menjadi sekitar 119 ribu per Maret 2025, dengan total saldo emas mencapai 621 kilogram.
Dari sisi nilai, bisnis emas BSI tumbuh 81,99% YoY menjadi Rp14,33 triliun. Produk cicilan emas menyumbang Rp7,37 triliun (tumbuh 168,64% YoY), sedangkan gadai emas mencapai Rp6,96 triliun (tumbuh 35,65% YoY). Bisnis emas menyumbang 17,81% dari total FBI. Pendapatan FBI lainnya juga meningkat dari bisnis e-channel dan treasury.
“Hampir seluruh indikator kinerja keuangan BSI menunjukkan pertumbuhan positif secara YoY, baik dari sisi aset, pembiayaan, maupun dana pihak ketiga (DPK),” tambah Bob.
Sementara itu, Direktur Finance & Strategy BSI, Ade Cahyo Nugroho, memaparkan bahwa total aset BSI per Maret 2025 mencapai Rp401 triliun, tumbuh 12% YoY. DPK tumbuh 7,4% menjadi Rp319 triliun, dengan 60,96% berasal dari dana murah (CASA).
Pembiayaan BSI juga tumbuh 16,21% YoY menjadi Rp287,2 triliun, dengan kualitas terjaga. Pembiayaan terbesar disalurkan ke segmen konsumer, bisnis emas, dan kartu senilai Rp156,71 triliun (tumbuh 16,08%), disusul segmen wholesale Rp80,62 triliun (tumbuh 17,28%), dan segmen ritel Rp49,87 triliun (tumbuh 14,91%).