Angka Pernikahan di Kota Cirebon Terus Menurun, Kok Bisa? Ini Kata Psikolog dan Kemenag

iStockphoto.
Ilustrasi pernikahan.
0 Komentar

Mengurangi angka perceraian, Herlina bilang bahwa perlu diberikan edukasi pra nikah kepada mahasiswa atau siswa kelas 12 SMA/sederajat. Juga stimulasi pola asuh kepada siswa sekolah dasar (SD).

Tujuannya, kata Herlina, agar anak laki-laki memahami peran dan tanggung jawab sebagai pemimpin. “Pentingnya pengasuhan ayah kepada anak, juga kepada anak perempuan yang nanti bakal dipimpin,” tandas Herlina.

TERTANAM MINDSET MENIKAH HARUS MAPAN DULU

Sementara itu, data Kementerian Agama Kota Cirebon menyebut bahwa jumlah pernikahan dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Sejumlah alasan pun mengemuka; mengapa itu bisa terjadi.

Baca Juga:Pedagang Sukalila Cirebon Minta Opsi Kompensasi, Paling Besar Rp50 JutaKata Pedagang Sukalila Cirebon: Relokasi ke Pasar Balong atau GTC Tak Tepat, Sepi, Takut Biaya Sewa Mahal

Tahun 2024 misalnya, angka pernikahan di Kota Cirebon 1.962 pasangan. Setahun sebelumnya atau tahun 2023 ada 2.186 pasangan menikah.

Kasi Bimas Islam Kemenag Kota Cirebon H Yuto Nasikin SAg MPdI menuturkan bahwa di antara faktor jumlah pernikahan dari tahun ke tahun menurun karena perubahan undang-undang ke Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan.

“Batas minimal usia pernikahan dari 16 tahun menjadi 19 tahun. Sehingga mereka yang di bawah usia 19 tahun belum bisa menikah,” tutur Yuto kepada Radar Cirebon di Kantor Kemenag Kota Cirebon, Jalan Terusan Pemuda, Kamis (8/5/2025).

Kemudian, imbuh dia, tertanam pola pikir pada anak generasi saat ini bahwa menikah harus dalam keadaan mapan. Artinya, harus tercukupi secara ekonomi. Lebih dari itu, harus memiliki kendaraan hingga rumah pribadi. “Kalau belum mapan, tidak berani menikah. Jadi lebih mengutamakan karir, orang tua atau keluarga terlebih dahulu sebelum memutuskan menikah,” jelas Yuto.

Kondisi itu, imbuh dia, berbeda dengan generasi milenial atau di bawahnya. Di mana, imbuh Yuto, ketika sudah menemukan pasangan, segera mungkin memutuskan untuk lanjut ke jenjang lebih serius atau pernikahan. “Beda dengan zama dulu, nikah ya nikah saja,” ucap Yuto.

Selain itu, menurut Yuto, teknologi seperti penggunaan gadget juga berpengaruh bagi seseorang untuk memutuskan menikah. Contohnya, kata Yuto, kebutuhan biologis yang pada zamannya dianggap sangat tabu dan hanya tercukupi dalam hubungan pernikahan, di era sekarang mudah dipenuhi hanya dengan memanfaatkan gadget.

0 Komentar