Jajat menyayangkan sebagai tuan rumah tidak ada yang diajak berembuk tentang perubahan nama itu. Meski secara aset gedung tersebut milik Pemprov Jabar, namun secara domisili tetap berada di wilayah Kota Cirebon.
Sebagai orang yang tahu banyak sejarah Kota Cirebon dan sekitarnya, Jajat mengaku tidak memiliki ambisi untuk diajak diskusi oleh pihak Pemprov Jabar.
Katanya, banyak tokoh lain di Kota Cirebon dan sekitarnya, yang bisa diajak bicara mengenai rencana perubahan nama tersebut.
Baca Juga:Pakai Skema Pendanaan Penuh, Simak Program Beasiswa untuk Mahasiswa Hasil Kolaborasi Kemenag, Baznas, dan LAZIni Profil Aan Suhanan Putra Asli Kuningan: Pensiun dari Kakorlantas Polri Kini Jadi Dirjen Perhubungan Darat
Jajat menambahkan, perubahan nama Gedung Bakorwil atau Gedung Negara menjadi Bale Jaya Dewata oleh KDM, dikhawatirkan bakal menimbulkan polemik. Namun jika sebelumnya dilakukan pembicaraan dengan pihak-pihak terkait, kekhawatiran itu dimungkinkan tidak terjadi.
Lebih jauh, dirinya menyambut baik alih fungsi gedung bekas kerasidenan itu menjadi kantor Gubernur Jawa Barat. Namun yang menjadi keberatan, soal alasan mengganti nama menjadi Bale Jaya Dewata yang dinilainya tidak memiliki dasar.
“Selama itu tidak menyentuh bangunan, sah-sah saja. Artinya ada alih fungsi. Bukan itu yang kami tanyakan. Ini penamaan Bale Jaya Dewata ini konsepnya gimana? Dan dari mana nama itu?” paparnya.
Sepengetahun dirinya, Jaya Dewata merupakan raja yang ketika mudanya memiliki nama Raden Pamanahrasa.
Setelah dinobatkan menjadi raja, namanya diganti menjadi Prabu Jaya Dewata dengan gelar Prabu Siliwangi.
Namun dengan penamaan Gedung Bakorwil menjadi Bale Jaya Dewata sebagai kantor Gubernur Jawa Barat, Jajat mengaku tidak mengerti konsep yang dimaksud.
“Kalau dinyatakan Bale Jaya Dewata, bale kan tempat, artinya tempat Jaya Dewata, beliau belum pernah ke Cirebon kok,” kilahnya.
Baca Juga:Para Menteri Bahas Program Makan Bergizi Gratis: Tata Kelola yang Efektif, Efisien, dan BerkelanjutanSiapa Sangka, Nabung Seribu Sehari Bisa Bawa Pemulung Naik Haji
Dirinya lebih menyarankan, nama yang digunakan untuk kantor Gubernnur Jawa Barat itu, mengambil tokoh-tokoh lokal.
Karena menurutnya, wilayah Cirebon dan sekitarnya banyak memiliki tokoh-tokoh inspiratif yang layak diabadikan menjadi sebuah nama kantor.
“Kita banyak tokoh-tokoh Cirebon yang punya inspiratif. Contoh, penembahan Losari. Bagaimana karya seni dia. Bagaimana kegagahan Pangeran Sucimanah, komandan pasukan tempur,” terangnya.
Meskipun pemberian nama Bale Jaya Dewata merupakan ranahnya Gubernur KDM, namun Jajat Sudrajat meminta agar tokoh-tokoh Cirebon tetap diperhatikan. (ade)