RADARCIREBON.ID – Pada agenda Musrenbang Jawa Barat 7 Mei 2025 di Cirebon, Gubernur Dedi Mulyadi menyampaikan akan menata kawasan exit Tol Ciperna menuju arah kota hingga kantor Gubernur Bale Jaya Dewata (Gedung Negara Krucuk) di Jl Siliwangi, Kota Cirebon.
Jika itu terwujud, berarti salah satu titik yang akan ikut ditata adalah sekitar kompleks pemakaman Kutiong yang ada di Jl Jenderal Sudirman, Penggung, yang di depannya kini berdiri banyak bangunan.
Tokoh masyarakat Tionghoa yang juga Ketua Yayasan Cirebon Sejahtera Hadi Susanto menyambut baik wacana itu. Pihaknya bahkan siap menata Kompleks Pemakaman Kutiong menjadi agrowisata. Tanpa perlu bantuan APBD.
Baca Juga:Menjamurnya Pelari di Cirebon Buka Potensi Baru bagi Para FotograferPergeseran Pejabat Pemkab Cirebon, Izin Eselon III dan IV Sudah Turun
“Atas nama warga dan komunitas Tionghoa, saya siap membuat pager-pager keliling dan menanam pohon agar lahan menjadi lebih produktif dan indah,” kata Hadi Susanto kepada Radar Cirebon, Minggu (18/5/2025).
Ketua Rumah Duka Talang itu mengatakan pihaknya akan menghadirkan konsep untuk menata Kutiong menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Asalkan, kata dia, pembebasan lahan dilakukan oleh pemerintah beserta aparat penegak hukum (APH). Karena kondisi hari ini; banyak bangunan liar. Dari bangunan tidak permanen hingga bangunan permanen.
Hadi mengatakan konsep agrowisata tersebut dengan memberdayakan masyarakat sekitar sebagai pengelola kebun. Hadi membayangkan betapa indah jika itu bisa terwujud. Hasil perkebunan (buah atau sayur), akan dinikmati oleh masyarakat sebagai bagian dari upah. Baik itu dikonsumsi atau dijual lagi. “Kita juga akan buatkan sumur-sumur bor di situ. Kita siap membantu membiayai itu, tanpa membebani APBD atau uang negara,” jelas Hadi.
Ia menegaskan bahwa penataan oleh Komunitas Tionghoa akan dilakukan jika fungsi RTH di kompleks tersebut dikembalikan. Yakni sebagai lahan pemakaman warga Tionghoa.
Hadi menjelaskan bahwa saat ini sudah tak ada aktivitas yang dilakukan warga Tionghoa di Pemakaman Kutiong. Ceng Beng atau ritual sembahyang kubur, kata Hadi, sudah lama tidak dilakukan di sana. Karena kondisi yang tak memungkinkan. “Kita juga sebetulnya ingin memperingati Ceng Beng di sana. Tapi ya, kembali lagi kita udah miris karena di sana sudah berdiri rumah-rumah semua,” sesal Hadi.