RADARCIREBON.ID – Banyak remaja tumbuh di bawah aturan rumah yang ketat. Jam malam yang tidak bisa diganggu-gugat, larangan bermain gadget terlalu lama, hingga batasan pergaulan yang ketat.
Meski dimaksudkan untuk kebaikan, tak jarang aturan-aturan ini justru memicu konflik, kebingungan, bahkan tekanan mental.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: sejauh mana ketegasan orang tua masih bisa disebut bentuk kasih sayang, dan kapan itu mulai berubah menjadi kontrol yang berlebihan? Yuk kita lihat bagaimana tanggapan soal strict parents menurut Sobat Zetizen!
Baca Juga:Komisi I DPRD Kota Cirebon Gelar Rapat Kerja dan Monitoring di Kantor BPBDSTIKes Indramayu Menggelar Wisuda XXVI Program Studi Pendidikan Profesi Bidan dan Profesi Ners
Tanggapan pertama dari Ziqro Lail Tono Saputra, siswa SMK Muhammadiyah Kota Cirebon. Ia mengatakan tidak enak jika dibesarkan oleh orang tua yang strict parents. Karena, segala aktivitas yang dia lakukan selalu dibatasi. “Aku kurang suka karena selalu dikekang. Apalagi terlalu mengekang soal pergaulan, tidak boleh main sama si ini, ataupun si itu. Tapi disamping hal itu, ada dampak positif juga. Pergaulan menjadi lebih benar dan positif,” ujarnya.
Tanggapan kedua dari Emilia Nabilah, siswi SMAN 5 Kota Cirebon. Ia mengatakan, banyak anak tumbuh dalam pola asuh yang keras demi membentuk karakter tangguh. Namun, tidak sedikit pula yang menyimpan luka batin di balik kedisiplinan itu. “Aku dibesarkan oleh orang tua yang tegas. Disiplin adalah segalanya. Awalnya, aku pikir itu wajar. Tapi semakin aku tumbuh, aku sadar bahwa terkadang aku merasa takut untuk gagal, takut untuk bicara, bahkan takut jadi diriku sendiri. Aku tahu mereka ingin yang terbaik. Tapi caranya sering membuat aku merasa seperti hidup untuk memenuhi standar mereka, bukan mimpiku. Di satu sisi, aku bersyukur karena jadi pribadi yang kuat, mandiri, dan disiplin. Tapi di sisi lain, aku juga sedang belajar berdamai dengan perasaan-perasaan yang dulu tidak pernah bisa aku ungkapkan,” ucapnya.
Tanggapan terakhir dari Syafwa Salsa Billah, siswi SMK Islamic Centre Cirebon. Ia merasa dilindungi sekaligus dibatasi oleh aturan yang ditetapkan orang tuanya. Meski kadang sedih, ia memahami bahwa itu semua demi kebaikannya. “Lumayan senang karena kata ayah, dunia luar terlalu kejam buat kamu. Dan hal itu benar sekali. Dibesarkan dengan banyak aturan, terkadang membuat aku sedih. Tapi aku tahu, mereka hanya ingin yang terbaik buat anak perempuannya,“ ungkapnya. Dampak Strict Parents