Nama: Shopartiani
Umur: 16 tahun
IG: @teaaner
“Strict parents itu tidak selalu toxic, karena setiap orang tua pasti selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya lewat aturan disiplin yang diterapkan. Selama orang tua masih sayang, memberikan alasan kenapa suatu hal dilarang, dan memberikan ruang untuk eksplorasi serta berpendapat, itu masih normal. Orang tua yang strict parents itu tidak selalu buruk, karena hal tersebut sebagai tanda sayang mereka pada anaknya. Mereka hanya ingin anaknya berada di jalan yang benar dan berhasil di masa depan. Namun, strict parents akan berubah jadi toxic ketika orang tua sama sekali tidak memberikan ruang untuk anaknya dan memberikan hukuman yang berlebihan jika tidak sesuai harapan. Karena hal tersebut bikin anak menjadi tertekan dan tidak nyaman”
Nama: Citra Putri. R
Umur: 16 tahun
IG: @citrarrnie
“Menurut aku, kalau aturannya jelas dan dibarengi dengan komunikasi terbuka, maka itu termasuk otoritatif parenting. Tetapi bisa juga menjadi toxic jika lebih fokus pada kontrol yang ketat dan tidak disertakan dengan kasih sayang”
Nama: Keandre Rafa. A
Umur: 17 Tahun
IG: @KiannKeann
“Strict parents bisa dianggap normal jika ketegasan mereka disertai dengan kasih sayang, komunikasi yang terbuka, dan tujuan mendidik anak menjadi disiplin dan bertanggung jawab. Namun, jika sikap tegas itu berubah menjadi kontrol berlebihan, tanpa mendengarkan kebutuhan atau perasaan anak, maka bisa menjadi bentuk parenting yang toxic. Kuncinya ada pada keseimbangan antara aturan dan empati”
Nama: Keysha Azzahra
Umur: 18 Tahun
IG : @whoiskeysh
Baca Juga:Komisi I DPRD Kota Cirebon Gelar Rapat Kerja dan Monitoring di Kantor BPBDSTIKes Indramayu Menggelar Wisuda XXVI Program Studi Pendidikan Profesi Bidan dan Profesi Ners
“Menurut aku, itu belum tentu masuk ke parenting yang toxic, tapi tergantung seberapa jauh ‘strict’ tersebut diterapkan. Karena ada 2 jenis metode parenting yang biasa dipakai oleh strict parents. Ada authoritative parenting yang cenderung normal dan sehat. Juga ada authoritarian parenting, yang termasuk toxic”. (kru zetizen/radarcirebon)