Melihat Langsung Padrao, Monumen Perjanjian Portugis dan Kerajaan Pajajaran

padrao perjanjian kerajaan pajajaran dan portugis
Perjanjian Pajajaran dengan Portugis ditandai dengan Padrao yang merupakan batu peringatan atau monumen di Sunda Kelapa, Jakarta. Foto: Yuda Sanjaya - radarcirebon.id
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Perjanjian Pajajaran dengan Portugis ditandai dengan Padrao yang merupakan batu peringatan atau monumen di Sunda Kelapa, Jakarta.

Wartawan Radar Cirebon berkesempatan untuk melihat langsung prasasti tersebut di Museum Nasional.

Prasasti dengan baru hitam setinggi manusia dewasa itu, merupakan tonggak penting hubungan kerjasama internasional antara Kerajaan Pajajaran dengan Portugis.

Baca Juga:Di Masa Thomas Stamford Raffles, Cirebon Pernah Jadi ProvinsiSuper Komputer Prediksi Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia Hanya 0,1 Persen, Arab Saudi Unggulan

Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja ketika itu, mengutus Prabu Surawisesa ke Malaka untuk menjalin kontak kerjasama dengan Portugis.

Perjanjian antara Pajajaran atau Kerajaan Sunda dengan Portugis merupakan sebuah hubungan dagang dan kerja sama keamanan laut.

Meski perjanjian tersebut diikat oleh Prabu Surawisesa dengan Gubernur Jenderal Portugis, Alfonso de Alburquerque, namun diduga sebelumnya sudah ada hubungan dengan Prabu Siliwangi.

Dalam Buku Hitam Putih Pajajaran, disebutkan bahwa Prabu Surawisesa diamanatkan oleh ayahnya yakni Prabu Siliwangi untuk berkunjung kepada Gubernur Jenderal Portugis di Malaka.

Kunjungan itu, kemudian dibalas dengan kedatangan Henrique de Leme yang merupakan utusan dari Gubernur Jenderal Portugis di Malaka.

Kemudian, salah satu isi perjanjian adalah agar Portugis membantu Pajajaran bila satu saat diserang oleh Kerajaan Demak.

Dilansir dari Museum Nasional, perjanjian itu diabadikan selain secara tertulis juga lewat batu peringatan bernama Padrao.

Perjanjian antara Portugis dan Kerajaan Sunda dibuat pada tanggal 21 Agustus 1522.

Baca Juga:Usul Radar Cirebon untuk Gubernur KDM yang Mau Menata Jalan dari Exit Ciperna ke Gedung NegaraJatuh Bangun Kopi Gunung Ciremai, Berjaya Pada Masa Tanam Paksa, Jatuh Ketika Berganti Rezim

Isi dari perjanjian tersebut, Portugis diizinkan untuk mendirikan kantor dagang berupa sebuah benteng di wilayah Kalapa dan di tempat tersebut didirikan batu peringatan (padrao) dalam Bahasa Portugis.

Kerajaan Sunda menyetujui perjanjian tersebut, selain karena hubungan perdagangan, juga untuk mendapatkan bantuan Portugis dalam menghadapi Kerajaan Islam Demak.

Namun perjanjian tersebut tidak terlaksana, karena pada tahun 1527 Fatahillah berhasil menguasai Sunda Kelapa.

0 Komentar