Cirebon Sejak Berdiri Sudah Istimewa, Bermula dari Tegal dan Kebun, Akhirnya Jadi Caruban

sejarah cirebon
Kawasan Pelabuhan Cirebon tempo dulu. Foto: istimewa - RADARCIREBON.ID
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Sejak awal mula berdiri, Kota Cirebon memang sudah sangat istimewa untuk dikunjungi. Walau dulunya hanya tegalan dan kebun, namun lambat laun ramai dikunjungi banyak suku bangsa dan agama.

Karena ramainya pengunjung, daerah yang berada di tepian pantai Laut Jawa ini, akhirnya disebut “Caruban”. Tempat berkumpulnya banyak suku bangsa dan bahkan agama.

Maka tak salah jika banyak pihak yang mengusulkan agar Cirebon ini menjadi daerah istimewa, selevel provinsi. Sebab, di antaranya, sejak lahir saja sudah menjadi primadona banyak orang.

Baca Juga:KDM: Rendahnya Investasi di Kawasan Rebana karena Minimnya Pembangunan InfrastrukturKDM: Rendahnya Investasi di Kawasan Rebana karena Minimnya Pembangunan Infrastruktur

Apalagi perkembangan selanjutnya, bisa menambah keistimewaan Cirebon. Sebab, begitu cepat daerah yang berupa tegalan dan kebun tersebut, tumbuh menjadi kerajaan yang dikenal dengan Kasultanan Cirebon.

Oleh sebab itu, menjelang ulang tahun ke-598 Kota Cirebon, dan menyongsong keistimewaannya, sungguh menarik untuk menelusuri jejak pendirinya. Yakni Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.

Banyak sumber menyebutkan asal-usul Sunan Gunung Jati. Dia dikenal sebagai pendiri Kesultanan Cirebon.

Dalam sumber historiografi disebutkan, bermula dari sosok Ki Gedeng Sedhang Kasih. Dia adalah kepala Nagari Surantaka, bawahan Kerajaan Galuh.

Ki Gedeng Sedhang Kasih merupakan adik dari Raja Galuh, Prabu Anggalarang. Dia memiliki puteri bernama Nyai Ambet Kasih. Puterinya ini dinikahkan dengan Raden Pamanah Rasa alias Prabu Siliwangi, putra Prabu Anggalarang.

Hanya saja, karena Raden Pamanah Rasa memenangkan sayembara, kemudian dia juga menikahi puteri Ki Gedeng Tapa, bernama Nyai Subanglarang,.

Ki Gedeng Tapa adalah penguasa Nagari Singapura. Negeri ini masih bertetangga dekat dengan Nagari Surantaka.

Baca Juga:Disebut Mirip Pendidikan Barak Militer ala KDM, Family Center jadi Model Sangat Penting di FinlandiaMelihat Langsung Puja Puji dan Telapak Kaki Raja Purnawarman di Prasasti Ciaruteun

Dari perkawinan Raden Pamanah Rasa dengan Subangkarang tersebut lahirlah tiga orang anak. Mereka adalah Raden Walangsungsang, Nyai Lara Santang dan Raja Sangara.

Setelah Nyi Subanglarang meninggal, Raden Walangsungsang serta Nyai Lara Santang meninggalkan Keraton. Mereka tinggal di rumah Pendeta Budha. Namanya Ki Gedeng Danuwarsih.

Puteri Ki Gedeng Danuwarsih yang bernama Nyai Endang Geulis dinikahi Raden Walangsungsang. Kemudian berguru Agama Islam kepada Syekh Datuk Kahfi.

Raden Walangsungsang diberi nama baru, Ki Samadullah. Kelak sepulang dari naik haji diganti nama menjadi Haji Abdullah Iman.

0 Komentar