Atas anjuran gurunya, Raden Walangsungsang membuka daerah baru yang masih berupa tegalan dan kebun. Karenanya diberi nama Tegal Alang-alang atau Kebon Pesisir.
Tegal Alang-alang berkembang pesat. Banyak didatangi orang Sunda, Jawa, Arab, dan China. Karenanya, disebutlah daerah ini “Caruban”. Yang berarti campuran. Bukan hanya etnis yang bercampur, tapi juga agama.
Atas saran gurunya, Raden Walangsungsang pergi ke Tanah Suci bersama adiknya, Nyai Lara Santang. Di Tanah Suci inilah, adiknya dinikahi Maulana Sultan Muhammad bergelar Syarif Abdullah keturunan Bani Hasyim putera Nurul Alim. Nyai Lara Santang berganti nama menjadi Syarifah Mudaim.
Baca Juga:KDM: Rendahnya Investasi di Kawasan Rebana karena Minimnya Pembangunan InfrastrukturKDM: Rendahnya Investasi di Kawasan Rebana karena Minimnya Pembangunan Infrastruktur
Dari perkawinan ini, lahirlah Syarif Hidayatullah yang kelak menjadi Sunan Gunung Jati. Dilihat dari Genealogi, Syarif Hidayatullah yang nantinya menjadi salah seorang Wali Sanga, menduduki generasi ke-22 dari Nabi Muhammad SAW.
Sesudah adiknya kawin, Ki Samadullah pulang ke Cirebon. Setibanya di tanah air, mendirikan Masjid Jalagrahan. Kemudian membuat rumah besar yang nantinya menjadi Keraton Pakungwati.
Setelah Ki Danusela meninggal, Ki Samadullah diangkat menjadu Kuwu Caruban. Dia bergelar Pangeran Cakrabuana. Pakuwuan ini ditingkatkan menjadi Nagari Caruban Larang.
Pangeran Cakrabuana mendapat gelar dari ayahandanya, Prabu Siliwangi, sebagai Sri Mangana. Gelar itu dianggap sebagai cara melegitimasi kekuasaan Pangeran Cakrabuana.
Setelah berguru di berbagai negara, kemudian berguru tiba di Jawa. Dengan persetujuan Sunan Ampel dan para wali lainnya, disarankan untuk menyebarkan agama Islam di Tatar Sunda.
Syarif Hidayatullah pergi ke Caruban Larang dan bergabung dengan uwaknya, Pangeran Cakrabuana.
Syarif Hidayatullah tiba di Pelabuhan Muara Jati. Kemudian menuju Desa Sembung-Pasambangan, dekat Amparan Jati. Di tempat ini dia mengajar Agama Islam, menggatikan Syekh Datuk Kahfi.
Baca Juga:Disebut Mirip Pendidikan Barak Militer ala KDM, Family Center jadi Model Sangat Penting di FinlandiaMelihat Langsung Puja Puji dan Telapak Kaki Raja Purnawarman di Prasasti Ciaruteun
Syekh Jati juga mengajar di dukuh Babadan. Di sana ia menemukan jodohnya. Menikah dengan Nyai Babadan, Puteri Ki Gedeng Babadan.
Karena isterinya meninggal, Syekh Jati kemudian menikah lagi dengan Dewi Pakungwati. Dia adalah puteri Pangeran Cakrabuana. Selain itu juga menikahi Nyai Lara Bagdad, puteri sahabat Syekh Datuk Kahfi.
Syekh Jati kemudian pergi ke Banten untuk mengajarkan agama Islam di sana. Ternyata Bupati Kawunganten yang keturunan Pajajaran sangat tertarik, sehingga masuk Islam dan memberikan adiknya untuk diperistri.