Dorongan itulah yang kemudian membuat manusia berkehendak sesuai dengan kebahagiaanya, baik kebahagiaan hakiki atau kebahagiaan semu yang cenderung berujung kepada kesengsaraan.
Lain-lagi pandangan filsuf Jerman, Erich Fromm. Dia memandang bahwa eksistensi manusia adalah kebebasan.
Namun kebebasan tersebut cenderung menyengsarakan karena semakin merasa kesepian. Sebebas apapun yang dilakukan manusia, tak lepas dari pihak lain yang justru membuatnya semakin tidak bebas.
Baca Juga:Kopi Gunung Aci, Kopi dari Pedalaman Kabupaten Kuningan, Asamnya Lebih BerasaKDM: Rendahnya Investasi di Kawasan Rebana karena Minimnya Pembangunan Infrastruktur
Manusia justru makin takut dengan kebebasan. Sejatinya kebebasan tak memberi jaminan dan kepastian.
Salah satu prinsip untuk terhindar dari ketakutan adalah manusia harus mencoba hidup di masa kini. Menghindari bayang masa lalu dan angan masa depan adalah benih teror yang berujung kepada ketakutan dan kesengsaraan.