Pertemuan itu pun turut dihadiri aparat pemerintahan setempat, termasuk kepala desa dan camat, guna mencari jalan tengah antara keputusan tim penyelamat dan harapan keluarga korban.
Adapun hingga hari keenam proses pencarian oleh tim SAR Gabungan, masih terdapat empat korban lagi yang belum ditemukan. Mereka adalah Muniah (45) warga Desa Cikeduk, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon, Hari Santono, warga Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Dedi Setiadi (47), warga Cikalahang, Dukupuntang, dan Nurakman (51), warga Girinata, Dukupuntang.
BERHARAP PENCARIAN DITERUSKAN
Sementara itu, salah satu keluarga yang hadir dalam pertemuan tersebut, yakni Herti, istri dari Heri Santono, masih berharap pencarian diperpanjang. Herti mengaku sudah tidak kuat dan merasa apa yang dialaminya seperti mimpi.
Baca Juga:Keluarga Korban Longsor Gunung Kuda Terima Santunan, Diserahkan oleh KDMKDM Bersih-bersih Trusmi, Bupati Cirebon: Akan Kita Benahi, Pedagang di Sisi Jalan Masuk ke Pasar
Herti juga mengungkapkan bahwa anaknya setiap hari berada di posko sejak pagi hingga sore, berharap mendapatkan kabar tentang sang ayah. Operasi pencarian telah berlangsung selama beberapa hari sejak kejadian tragis tersebut. “Maunya jasad suami saya ditemukan, biar bisa dikuburkan secara layak. Dia tulang punggung keluarga,” harapnya.
DOA BERSAMA LINTAS AGAMA
Isak tangis dan suasana duka masih menyelimuti keluarga para korban longsor di area tambang Gunung Kuda. Dukungan sosial maupun moril pun masih sangat dibutuhkan untuk menguatkan para keluarga korban. Dan, sebagai bentuk empati terhadap korban longsor Gunung Kuda, digelar doa bersama lintas agama di lokasi kejadian. Doa bersama dimulai sejak pukul 08.00 WIB, diikuti pemuka agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, dan Buddha.
Doa bersama berlangsung dalam suasana khidmat dan haru. Para pemuka agama bergiliran memanjatkan doa sesuai keyakinan masing-masing. Mereka memohon keselamatan bagi para korban, kelancaran proses pencarian yang masih dilakukan oleh Tim SAR Gabungan, serta perlindungan agar bencana serupa tidak terulang.
Selain sebagai bentuk belasungkawa, kegiatan ini juga menjadi simbol persatuan dan toleransi antarumat beragama. Di tengah duka, seluruh elemen masyarakat bersatu menunjukkan kepedulian dan semangat gotong royong.
“Kami dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) tentunya ikut berduka dan berbela sungkawa atas terjadinya longsor di Gunung Kuda ini. Doa bersama ini merupakan bentuk empati dan dukungan terhadap keluarga para korban,” ungkap Kasi Bimas Islam Kantor Kemenag Kabupaten Cirebon H Izzudin kepada Radar Cirebon.