RADARCIREBON.ID – Operasional Bus Rapid Transit (BRT) Trans Cirebon akan diperluas jangkauannya ke wilayah aglomerasi Cirebon Raya.
Wilayah yang menjadi target perluasan meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Subang, dan Sumedang.
Rencana tersebut dibahas dalam rapat kerja yang digelar di ruang Griya Sawala, Kantor DPRD Kota Cirebon, dengan melibatkan Direktur PD Pembangunan dan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Cirebon.
Baca Juga:Ahfas Faishal: Dari Cirebon Menuju Panggung Nasional dan Digital GlobalModal Awal: Rp3 Miliar untuk Setiap Koperasi Desa Merah Putih
Dalam kesempatan itu, Direktur PD Pembangunan, Panji Amiarsa, menyampaikan bahwa pihaknya memiliki semangat yang sama untuk memperluas jangkauan BRT ke wilayah aglomerasi.
Namun, sebelum perluasan dilakukan, masih ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian.
Beberapa di antaranya adalah minimnya fasilitas halte, jalur koridor yang belum optimal, serta keterbatasan anggaran operasional.
Oleh karena itu, perluasan trayek BRT memerlukan kajian yang lebih komprehensif.
“Perluasan trayek ini membutuhkan kajian yang menyeluruh, mencakup rute, regulasi, potensi pendapatan, serta biaya operasional. Untuk itu, kajian bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan daerah-daerah aglomerasi sangat diperlukan,” kata Panji.
Di tempat yang sama, Kepala Dishub Kota Cirebon, Andi Armawan, menjelaskan bahwa saat ini Kota Cirebon mengoperasikan 10 unit bus BRT yang merupakan hibah dari Kementerian Perhubungan. BRT Trans Cirebon mulai beroperasi sejak 12 April 2021 dengan Koridor 1, namun hasil monitoring menunjukkan tingkat keterisian (load factor) masih sangat rendah.
Sebagai upaya pengembangan, Dishub juga telah memperluas layanan ke wilayah selatan Kota Cirebon dengan membuka Koridor 2 yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada 19 Juli 2023.
Baca Juga:Percepat Program Sekolah Rakyat di Kota CirebonPDIP Cirebon Terbar Ribuan Paket Daging Kurban pada Idul Adha 2025, Imron: Momen Hidupkan Gotong Royong
“Koridor 2 melayani kawasan strategis seperti pusat kuliner, destinasi wisata, area pendidikan, kantor pemerintahan, dan pusat perbelanjaan, dengan tarif yang terjangkau,” terangnya.
Salah satu tantangan besar dalam pengembangan transportasi publik di Kota Cirebon adalah minimnya jumlah armada angkot yang layak jalan. Hanya sekitar 5 persen angkot yang berusia di bawah 10 tahun. Selain itu, hanya sekitar 6 persen warga yang masih menggunakan transportasi umum sebagai moda utama mobilitas.
Fakta tersebut menunjukkan urgensi pengembangan BRT Trans Cirebon sebagai solusi transportasi publik yang modern dan terintegrasi, sekaligus peluang untuk meningkatkan kualitas layanan serta menarik minat masyarakat.