RADARCIREBON.ID – Siswi SMAN Tengah Tani yang putus asa dan nyaris mengakhiri hidup karena persoalan biaya pendidikan, menjadi anak asuh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
KDM mengaku sudah mengurus segala keperluan siswi tersebut. Termasuk biaya pengobatan di Rumah Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati.
“Saya sudah mengutus ajudan saya ke Cirebon, pertama menyelesaikan biaya pengobatannya dulu,” katanya.
Baca Juga:Trump vs Elon Musk Belum Usai, LA Diguncang Bentrokan Brutal, Mobil Dibakar dan Toko DijarahTrump Ingin Deportasi Elon Musk, Perseteruan Kian Panas, Siapa Menang?
Kang Dedi Mulyadi mengaku prihatin, karena siswi tersebut sampai frustasi karena masalah ekonomi orang tua.
Penyebabnya adalah ketidakmampuan ekonomi dalam membiayai proses belajar mengajar di sekolah.
“Ada berita yang sangat memprihatinkan, seorang anak masuk rumah sakit akibat keracunan, karena meminum pembersih lantai.
“Dia kecewa karena orang tuanya tidak meneruskan pendidikannya ketingkat SMA karena faktor biaya,” kata KDM.
KDM menceritakan latarbelakang siswi yang melakukan aksi nekat tersebut.
“Ceritanya dia dulu dipesantrenkan oleh orang tuanya, kemudian dia melanjutkan ke SMA Tengah Tani Cirebon.”
“Tetapi karena ketidak mampuan orangtuanya untuk membelikan baju seragam sekolah, akhirnya dia menggunakan seragam bekas Madrasah Tsanawiyah atau SMP, hanya diganti betnya,” tuturnya.
Kemudian, lanjut KDM, siswi tersebut hanya bisa bersekolah selama 1 semester. Berarti siswi itu berhenti pada bulan Desember 2024.
Baca Juga:Via Sukahaji, Jalur Favorit Menuju Maja pada Zaman Belanda, Mengapa Tidak Lewat Majalengka?Setelah Pindah dari Maja, Mengapa Menjadi Kabupaten Majalengka, Bukan Sindangkasih?
Selanjutnya, tahun ini siswi ini ingin mekanjutkan sekokah lagi. Tetapi orang tuanya berkeberatan dia melanjutkan sekolah lagi karena faktor ekonomi.
“Sekolahnya memang sudah tidak bayar, tetapi karena untuk biaya beli seragam, beli buku dan lainnya, maka dia tidak bisa melanjutkan sekolah.”
“Akhirnya, saya tadi sudah mengutus ajudan saya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya dan ketemu dengan anak yang mengalami keracunan pembersih lantai,” katanya.
Sebagai seorang pimpinan daerah, KDM pung langsung melakukan sejumlah langkah kongkrit dalam menyelesaikan persoalan ini.
“Pertama, rumah sakitnya sudah saya selesaikan seluruh biayanya. Yang kedua, mulai besok, anak itu menjadi anak asuh saya dan berhak untuk sekolah di sekolah negeri.”
“Tentunya, masuk sekolahnya sesuai dengan prosedur. Karena setiap orang harus diperlakukan sama. Tapi saya bertanggung jawab atas pendidikannya sampai tamat SMA,” tuturnya.