RADARCIREBON.ID – Belum lama ini, mobil listrik merek BYD di Tiongkok, membuat kebijakan penurunan harga. Tak main-main, penurunan harga tersebut lumayan tinggi, hingga 34 persen.
Mengapa perusahaan otomotif ini berani mengambil langkah berani seperti itu? Dan kapan kebijakan penurunan segala merek BYD diberlakukan di Indonesia?
Salah satu penggiat media sosial dengan akun Surya Herry dalam tweetnya di X justru mempertanyakan langkah yang ditempuh BYD. “Apakah ini strategi BYD menggoyahkan dominasi mobil China,” tanya Surya Herry.
Baca Juga:Trump vs Elon Musk Belum Usai, LA Diguncang Bentrokan Brutal, Mobil Dibakar dan Toko DijarahTrump Ingin Deportasi Elon Musk, Perseteruan Kian Panas, Siapa Menang?
Surya Herry mencontohkan, BYD Seal di China turun dari Rp350 juta menjadi hanya Rp220 juta. Sementara di Indonesia harganya masih Rp600-700 juta. Harga di Indonesia masih sangat mahal.
Mengapa bisa demikian? Dia pun menjelaskan bahwa penurunan harga tersebut dipengaruhi beberapa hal. Di antaranya soal kendaraan yang diproduksi untuk lokal atau ekspor.
Di China atau Tiongkok, BYD memproduksi mobil di dalam negeri, jadi lebih murah. Sementara di Indonesia, masih ada biaya pengiriman atau logistik, dan segala macam pajak.
Meski, ungkap Herry, mobil listrik bebas bea masuk hingga Desember 2025, tetapi terdapat biaya tambahan.
Misalnya PPnBM atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah 15%, PPN 12%, dan BBNKB & PKB 18% atau Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan.
“Jadi, meskipun bea masuk 0%, penambahan pajak lainnya masih cukup besar (40–45%),” ungkapnya.
Yang berikutnya adalah soal skala produksi. Di China, BYD memproduksi dan menjual jutaan unit mobil setiap tahunnya. Semakin banyak mobil yang diproduksi, kian murah biaya per unitnya. Ini disebut scale efficiency.
Baca Juga:Via Sukahaji, Jalur Favorit Menuju Maja pada Zaman Belanda, Mengapa Tidak Lewat Majalengka?Setelah Pindah dari Maja, Mengapa Menjadi Kabupaten Majalengka, Bukan Sindangkasih?
Dia mencontohkan, produksi 1 unit versus banyak. Jika membuka usaha merakit sepeda di rumah, biaya yang dikeluarkan akan lebih banyak dibandingkan dengan yang 100 unit.
Misalkan saja ada biaya yang harus dikeluarkan untuk alat-alat: Rp10 juta dan bahan untuk 1 sepeda Rp1 juta. Maka total biayanya adalah Rp11 juta. Biaya per 1 sepeda berarti Rp 11 juta.
Sedangkan untuk merakit 100 sepeda, tentu biaya lebih murah. Biaya membeli alat-alat tetap Rp10 juta. Bahan untuk 100 sepeda Rp100 juta. Total biaya Rp110 juta. Biaya per sepeda hanya Rp1,1 juta.